REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Presiden Mesir Muhammad Mursi memecat banyak pejabat tinggi keamanan serta Gubernur Sinai Utara. Mursi memecat kepala intelijen, komandan Garda Republik dan kepala polisi militer negara tersebut.
Langkah itu menyusul sekelompok pria bersenjata yang menewaskan 16 prajurit Mesir, di pos El-Arish sebuah pos pemeriksaan Semenanjung Sinai, sekitar 50 kilometer dari perbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza. Diduga militan garis keras yang melakukan aksi tersebut, beberapa waktu lalu.
Mursi memecat kepala intelijen Muwafi Murad untuk mundur dari jabatannya, dan menunjuk Jenderal Muhammad Raafat Abdul Wahid Shehata sebagai Kepala Interim Intelijen Umum yang baru. Komandan Garda Republik Mayor Jenderal Samy Dyab juga diganti dengan Mayor Jenderal Muhammad Ahmad Zaki.
Juru Bicara Presiden Mursi, Yassir Ali mengatakan presiden juga memerintahkan kepada Menteri Pertahanan Marsekal Hussein Tantawi untuk memecat Kepala Polisi Militer Hamdi Badeen, dan segera menemukan penggantinya.
Badeen dipecat setelah mendapat kecaman dari presiden sebab tidak mampu menjaga keamanan dalam prosesi pemakaman 16 prajurit penjaga perbatasan. Dan membiarkan beberapa pengunjuk rasa mencoba melakukan penyerangan terhadap Perdana Menteri Mesir Hisyam Qandil.
Presiden Mursi juga memecat Gubernur Sinai Utara Abdul Wahab Mabruk, karena dianggap lalai menjaga wilayahnya dari serangan negara lain. Perombakan para petinggi militer tersebut diyakini telah terjadi pembicaraan serius antara Mursi dan Tantawi selaku Kepala Dewan Tertinggi Militer Mesir (SCAF), untuk melancarkan pemerintahan sipil di Mesir.
Sementara itu Perdana Menteri Mesir Hisyam Qandil mengumumkan Kairo melakukan aksi militer terhadap militan di Semenanjung Sinai. Angkatan Udara Mesir dilaporkan menyerang tempat persembunyian kelompok bersenjata, sedikitnya 20 dari militan dikabarkan tewas.
Dalam pernyataan melalui televisi hari Rabu, tentara Mesir mengatakan telah memulai operasi di Sinai untuk memulihkan stabilitas dan menguasai kembali wilayah itu. Sebab pascalengsernya Presiden Husni Mubarok tahun lalu, eskalasi kekerasan bersenjata marak dibeberapa bagian di Sinai.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin (IM) menuding satuan intelijen Zionis Israel, Mossad terlibat dalam insiden penyerangan di perbatasan kedua negara itu. Tuduhan yang sama dilontarkan Perdana Menteri Palestina Ismael Haniya, mengatakan Israel melakukan itu untuk memulai perselisihan baru bagi Mesir.