REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan hari kemerdekaan RI yang berdekatan dengan HUT MPR/DPR adalah momentum yang selalu tepat untuk mengoreksi hasil kinerja pembangunan sekaligus mengoreksi peran lembaga. Demikian yang dikatakan Ketua DPR RI, Marzuki Alie.
Marzuki mengatakan pada momentum kemerdekaan dan HUT MPR/DPR ini, siapa pun yang merasa menjadi bagian dari bangsa ini, termasuk para pemegang jabatan-jabatan strategis di berbagai lembaga negara, untuk bersama-sama berkontribusi bagi tercapainya cita-cita tersebut dan bukan menjadi benalu dalam pohon besar bangsa Indonesia.
Memang, Marzuki mengakui, untuk bangkit dari persoalan bangsa dan mewujudkan cita-cita bangsa tersebut, perlu upaya yang serius. "Bangsa ini memerlukan spirit kebersamaan yang kuat untuk bersama-sama memecahkan seuruh persoalan bangsa," katanya.
Politisi Partai Demokrat itu menukil sebuah hadist Rasulullah SAW yang sangat populer (mutawatir) yang diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Daud, "Khoirunnas anfauhum linnas artinya, sebaik-baik umatku adalah umat yang bermanfaat bagi umat lainnya. Andaikata setiap anggota masyarakat Indonesia melaksanakan hadist ini, maka bangsa ini pasti akan dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi dan akan bangkit, maju serta mandiri, tidak tergantung kepada bangsa lain," papar Marzuki.
"Namun, agar manfaat yang dikontribusikan masyarakat tersebut bernilai tinggi, maka diperlukan masyarakat yang terdidik dan berilmu tinggi, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmizi, An-Nasa'i dan Imam Ahmad, yang artinya: barang siapa ingin menguasai dunia, akhirat maupun dunia dan akhirat, maka kuasailah ilmu," katanya.
Dari hadist ini, terang Marzuki, dapat disimpulkan peran menerapkan ilmu pengetahuan, dalam kaitannya membangun peradaban negeri ini, memiliki fungsi sangat penting dan krusial sebagai pondasi bangsa dan negara di masa datang. Karena itu, pendidikan menjadi isu sentral bagi bangsa Indonesia, untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa, serta dapat memposisikan bangsa ini berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan bangsa bangsa lain di dunia.
Dengan pendidikan bangsa yang miskin bisa menjadi kaya, bangsa yang terbelakang bisa menjadi maju, bangsa yang bodoh bisa menjadi pintar, bangsa yang tidak beradab menajdi beradab. "Untuk melengkapi nilai-nilai kemerdekaan RI ke-67 tahun ini, saya mengajak teman-teman anggota DPR untuk tetap memperlihatkan kesungguhan dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Pertama, kita harus mensyukuri kemerdekaan ini," katanya.
"Sebab dengan bersyukur inilah, nikmat kemerdekaan akan benar-benar dirasakan oleh bangsa Indonesia. Kedua, ikhtiar yaitu berusaha memajukan bangsa ini sesuai dengan kemampuan dan posisi kita sebagai bagian dari elemen bangsa dan negara. Ketiga optimis, yaitu melandasi perjuangan mencapai terwujudnya tujuan bangsa dan negara dengan tanpa putus asa, meskipun masih banyak persoalan bangsa dan negara ini. Insya Allah!!," ujarnya menjelaskan.