Jumat 24 Aug 2012 14:19 WIB

Persis dan Pemurnian Islam (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Lambang Persis.
Foto: islamedia.web.id
Lambang Persis.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada awal abad ke-20, gerakan pembaruan Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya berbagai organisasi kelompok modernis Islam di sejumlah kota besar.

Di antaranya Al-Jam’iyyah Al-Khoiriyah atau dikenal dengan nama Jamiat Khair pada 17 Juli 1905 di Jakarta, Al-Irsyad (berdiri di Jakarta, 11 Agustus 1915), dan Muhammadiyah di Yogyakarta (12 November 1912).

Kota Bandung, sebagaimana dijelaskan Dadan Wildan dalam buku “Yang Da’i Yang Politikus: Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis”, tampaknya agak lambat menerima arus gerakan pembaruan Islam ini dibandingkan daerah-daerah lain meskipun Syarekat Islam (SI) telah beroperasi di daerah ini sejak 1913.

Kesadaran akan keterlambatan ini merupakan salah satu cambuk berdirinya sebuah organisasi baru, yakni Persatun Islam (Persis).

Kelompok tadarusan

Berdirinya Persis, terang Dadan, diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penelaahan agama Islam) di Kota Bandung yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.

Kelompok tadarusan yang berjumlah sekitar 20 orang itu menelaah, mengkaji, dan menguji ajaran-ajaran Islam yang berkembang di tengah masyarakat.

Para anggota tadarusan tersebut sadar akan bahaya keterbelakangan, kejumudan, tertutupnya pintu ijtihad, taklid buta, dan serangkaian praktik bid’ah. Mereka kemudian mencoba melakukan gerakan tajdid (pembaruan) dan pemurnian ajaran Islam dari paham-paham yang dianggap menyesatkan.

Seiring dengan banyaknya peminatnya, kelompok ini menyadari perlunya membentuk sebuah organisasi baru yang memiliki karakter khusus.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement