REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai fasilitas pengungsian korban kekerasan di Sampang, Madura, Jawa Timur, tidak memadai. Akibatnya, sampai saat ini ada 69 orang jatuh sakit.
"Korban kekerasan agama 26 Agustus lalu ditempatkan di Gedung Olahraga (GOR) Sampang oleh pemerintah daerah, fasilitasnya sangat tidak memadai sehingga 69 pengungsi jatuh sakit," kata Koodinator Relawan Kontras, Muhammad Muadz, dalam siaran persnya, Senin (3/9).
Menurutnya, ada 20 orang dewasa dan lima anak-anak terdiagnosis terserang penyakit dermatitis venenata, lima orang manula menderita hipertensi, dan 16 anak-anak terkena infeksi saluran nafas atas. Selanjutnya, tujuh anak-anak menderita diare, tiga anak-anak terkena febris (panas selama satu hari, dan masih didiagnosis penyakitnya), tiga anak-anak terserang maag, 10 anak-anak klinis anemia.
Muadz menjelaskan bahwa buruknya fasilitas bisa terlihat dari tidak adanya dokter yang siaga, tidak adanya tenaga terapis, sedikitnya paramedis, seringnya pemberian makan yang terlambat, dan kebersihan yang buruk. "Apabila kondisi di GOR Sampang tidak diperbaiki sangat mungkin jumlah korban yang sakit akan bertambah," kata Muadz.
Sementara itu Koordinator Kontras Surabaya, Andy Irfan, mengatakan bahwa Bupati dan seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Sampang sama sekali tidak memiliki keseriusan dalam menangani. Karena itu, pihaknya meminta agar penanganan korban kekerasan Sampang diambil alih oleh pemerintah pusat atau pemerintah Provinsi Jawa Timur. "Kami menuntut pemerintah memperbaiki fasilitas kesehatan, air bersih, dan makanan bagi korban," kata Andy.