Jumat 07 Sep 2012 17:10 WIB

'Indonesia Harus Berterima Kasih ke Munir'

Sejumlah aktivis dari Komite Aksi Solidaritas Munir (KASUM) melakukan aksi memperingati tujuh tahun tewasnya pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) Munir di depan Istana Merdeka, Jakarta. (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Sejumlah aktivis dari Komite Aksi Solidaritas Munir (KASUM) melakukan aksi memperingati tujuh tahun tewasnya pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) Munir di depan Istana Merdeka, Jakarta. (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan menyatakan bangsa ini harus berterima kasih kepada pejuang HAM Munir atas kegigihan menegakkan HAM semasa hidup.

"Munir adalah fenomena, simbol, dan monumen keberanian milik bangsa yang sulit dicari tandingannya, dengan turut meletakkan bangunan kehormatan HAM di tanah air secara telanjang dada," kata Syahganda di Jakarta, Jumat (7/9), bertepatan dengan peringatan delapan tahun kematian Munir.

Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau HAM Indonesia Imparsial Munir Said Thaib yang lahir di Malang 8 Desember 1965, meninggal dunia di dalam pesawat Garuda Indonesia dalam penerbangan ke Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004, untuk keperluan melanjutkan studi S-2 bidang Hukum Humaniter di Universitas Utrecht.

Kematian Munir mengguncangkan situasi nasional dan internasional karena dia meninggal dunia akibat diracun dan jenazahnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Kota Batu, Jatim. Menurut Syahganda, momentum delapan tahun kematiannya yang pahit wajib dikenang oleh semua pihak demi melanjutkan cita-cita almarhum terhadap Indonesia yang bebas dari kekerasan maupun pelanggaran HAM.

Semangat dan kiprah Munir semasa hidup dalam memperjuangkan HAM di masa lalu, kata Syahganda, menjadi titik tolak berbagai elemen untuk menggelorakan upaya-upaya penegakan HAM secara nasional hingga kini apalagi Munir justru memulai dalam rentang kekuasaan rezim otoriter Orde Baru.

"Di saat orang lain umumnya masih ketakutan dan tidak sanggup berdiri di barisan depan, Munir yang menjadi orang unik sekaligus bisa berteriak paling keras untuk terus mengibarkan makna perjuangan HAM meski disadari berisiko tinggi dan menyebabkan sejumlah kalangan resah atau memusuhinya," kata mantan Direktur Eksekutif Cides (Center for Information and Development Studies).

Kematian Munir yang tidak wajar serta penuh rekayasa jelas masih menyisakan keraguan di masyarakat luas, katanya. Dengan demikian, kata Syahganda, penanganan tuntas tragedi kematian Munir memerlukan langkah lanjut oleh pemerintah guna membuka titik terang yang semakin kuat.

"Sebab, jaringan pelaku besarnya, masih belum tersentuh termasuk apakah ada keterlibatan institusi negara ataukah tidak dalam pembunuhan Munir," kata anggota Dewan Pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-UTB) Pusat itu.

Syahganda menagih janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkap misteri utama kematian Munir, selain diharapkan menyelesaikan dengan tanggung jawab hukum yang tegas dan memuaskan publik.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement