REPUBLIKA.CO.ID, Kendati terjadi pro dan kontra soal keberadaan filsafat dalam Islam, banyak tokoh Muslim yang diketahui sebagai fulsuf terkenal. Di antara mereka bahkan senantiasa menjadi rujukan para filsuf yang datang setelahnya.
Al-Kindi (180-260 H/796-873 M)
Filsuf Muslim yang pertama muncul adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi, atau lebih dikenal dengan sebutan Al-Kindi.
Ia berasal dari keturunan bangsawan Arab dari suku Kindah, suku bangsa yang pada masa sebelum Islam bermukim di wilayah Arab Selatan. Al-Kindi dilahirkan di Kufah. Ayahnya adalah Gubernur Basrah pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah, Al-Hadi (169-170 H/785-786 M) dan Harun Ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M).
Ibnu Abi Usaibi’ah, penulis “Tabaqat Al-Atibba”, menyebut Al-Kindi sebagai salah satu dari empat penerjemah mahir pada masa gerakan penerjemahan.
Ia terutama sekali ikut memperbaiki terjemahan Arab dari sejumlah buku. Selain itu, aktivitasnya lebih banyak tertuju pada upaya menyimpulkan pandangan-pandangan filsafat yang sulit dipahami dan kemudian menulis sendiri.
Jumlah karya tulis Al-Kindi cukup banyak, yakni 241 buah risalah dalam bidang filsafat, logika, psikologi, astronomi, kedokteran, kimia, matematika, politik, optik, dan lain-lain. Sayangnya, kebanyakan karya tulisnya itu tidak atau belum dijumpai.
Baru sekitar 25 buah karyanya yang berhasil ditemukan, yang kemudian diterbitkan dalam dua jilid. Jilid pertama pada tahun 1950 dan jilid kedua pada 1953 di Kairo, dengan judul “Rasa’il Al-Kindi Al-Falsafiyyah”.
Al-Kindi juga dijuluki sebagai filsuf Arab. Itu karena ia satu-satunya yang murni berdarah Arab. Dia pernah memperoleh penghargaan tinggi dari Khalifah Al-Mu’tasim, tapi juga pernah mengalami perlakuan buruk dari pihak-pihak yang iri kepadanya atau benci kepada filsafat.