REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Meski faktanya menyulitkan, sanksi AS juga memberi kesempatan bagi perusahaan asuransi lokal Iran untuk berkembang dan makin menerjuni bisnis pelayaran. Salah satunya adalah perusahaan asuransi lokal Kish Protection and Indemnity (Kish P&I).
“Saat ini banyak tanker-tanker raksasa pengirim minyak Iran berada di bawah jaminan perusahaan asuransi lokal,” ujar Direktur pelaksana Kish P&I, Mohammad Reza Mohammadi Banayee. Asuransinya pun, imbuhnya, siap memberikan layanan kepada 13 tanker lagi dalam waktu dekat.
Perusahaan kapal tanker swasta terbesar di Iran, National Iranian Tanker Company (NITC) juga banting setir ambil jalan alternatif. Setelah kehilangan asuransi dari perusahaan Eropa dan AS, NITC langsung menjaminkan kapal-kapal tankernya ke perusahaan asuransi lokal Iran dan di di Asia.
Sanski AS dan EU terhadap Iran memang tidak memiliki hak untuk mengatur perusahaan-perusahaan asuransi Asia. Celah ini pun dimanfaatkan salah satu negara pembeli yang sangat membutuhkan minyak Iran, siapa lagi kalau bukan Jepang.
Bulan lalu, Jepang bahkan menekan Undang-undang yang mengatur agar pemerintah bisa memberikan jaminan asuransi bagi kapal-kapal tanker yang mengangkut minyak Iran. Dalam UU tersebut, pemerintah Jepang bakal mengucurkan dana asuransi sampai US $ 7 milyar bagi tiap kapal tanker yang mau mengangkut minyak mentah Iran ke negaranya.
UU ini memang bertentangan dengan semangat sanksi ekonomi AS dan EU. Tapi Jepang tak peduli karena negaranya sangat butuh minyak Iran.
Bukan hanya di sektor asuransi, kapal-kapal tanker Iran juga menggunakan taktik penyamaran. Sebulan lalu misalnya, sejumlah besar armada supertanker Iran mendadak lenyap dari peta navigasi pelayaran.
Mereka kemudian muncul kembali di lautan, tapi sudah dengan cat baru, nama baru, bendera baru dan juga pelabuhan asal baru. Nama kapal-kapal itu berganti. Misalnya Dari Hoda jadi Honar, dari Nesa jadi Precious, atau dari Victory menjadi Truth.
Bendara Iran pun diganti menjadi bendera Malta, Siprus, Tanzania, hingga negara kepulauan di Lautan Pasifik. Aksi ini bisa dibilang episode terkini kucing-kucingan antara Teheran dan Barat yang selalu berupaya melacak jejak ekspor minyak Iran.