REPUBLIKA.CO.ID, Mendengar itu lalu beliau SAW bersabda, “Ya, benar.” Kemudian si nenek tersebut berpaling dan segera mendatangi suaminya dan memperhatikan matanya”, lalu suaminya bertanya, “Apa yang kamu lakukan?, dia menjawab, “Rasulullah telah mengatakan kepadaku bahwa pada matamu itu terdapat wama putih.”
Suaminya terheran sambil berkata, “Apakah kamu tidak melihat bahwa wama putih pada mataku itu lebih banyak daripada wama hitamnya?”
Seorang lelaki datang kepada Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu, seraya dia berkata, “Sesungguhnya aku telah mimpi berhubungan dengan ibuku, kemudian Ali berkata, “Jemurlah dia di bawah terik matahari dan pukulah bayangannya sebagai hukumannya.”
Asy-Sya’bi ditanya tentang memakan daging syaithan, seraya dia menjawab, “Kami menyukainya secukupnya. Dan dikatakan kepadanya, “Siapa nama isteri Iblis laknatullah? dia menjawab, “Iblis itu menikahi sesuatu yang kita persaksikan kepadanya.”
Seorang tuan bertanya kepada jongosnya, “Berapa saya harus membayar pekerjaanmu? dia menjawab, “Dengan makananku. Kemudian dia berkata kepadanya, “Kurangi sedikit, dia berkata, “Aku akan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.”
Diceritakan dari Abi Shalih bin Hisan, seorang ahli hadits, dimana pada suatu hari dia bergurau dengan teman-temannya, seraya dia berkata, “Manusia yang paling pintar itu orang yang bagian kanannya berwarna putih.”
Adapun bercanda yang melebihi batas kewajaraan, niscaya akan melahirkan kehinaan dan penyesalan. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Muawiyah Adh-Dharir, seorang ahli hadits menceritakan bahwa pada suatu hari dia mendatangi para sahabatnya, seraya dia berkata dalam syairnya, “Apabila perut besar itu telah keroncongan, maka lemparlah ia dengan minjanik (alat perang masa dulu). Dan dilempar dengan tiga anggur yang tidak ada rasa manisnya sedikitpun. Kamu dapat melihat bahwa sikap berlebihan dalam bercanda itu dapal menimbulkan prasangka buruk terhadap pelakunya, walaupun dia sudah berusaha menghindari dan menjauhinya.”
Abu Hurairah RA telah menjelaskan secara panjang lebar candaannya sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Qutaibah dalam kitab “Al Ma’arif’ hal. 278. “Sesungguhnya Marwan terkadang datang ke Madinah dalam kedudukannya sebagai Khalifah.