Ahad 16 Sep 2012 11:45 WIB

Bercanda Ala Rasulullah (4 habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Heri Ruslan
Nabi Muhammad SAW
Foto: blogspot
Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, Di antara candaan yang dipandang baik dan gurauan yang dapat ditoleh sebagaimana yang telah diceritakan oleh Az-Zubair bin Bakar dari Al Kindi bahwa, “Sesungguhnya seorang kakek dari Arab badui (perkampungan) berdiri di hadapan Al Qusyairi, kemudian beliau bertanya kepadanya, “Wahai orang Arab, dari kabilah mana engkau?"

Dia menjawab, “Dari Bani Uqail.”

Lalu beliau bertanya, “Dari mana Bani Uqail itu?"

Dia menjawab, “Dari Bani Khafajah.”

Kemudian Al Qusyairi merangkai cerita tersebut dalam syaimya, seraya beliau berkata, “Aku melihat seorang kakek dari Bani Khafajah. Kemudian orang Arab bertanya, “Apa yang kamu lakukan?"

Lalu dia menjawab kepadanya, “Apabila kegelapan itu semakin pekat, maka timbulah kebutuhan.”

Orang Arab bertanya, “Kebutuhan apa?"

Lalu dia menjawab, “Seperti kebutuhan ayam jantan kepada ayam betina.”

Kemudian orang Arab tersebut ketawa terbahak-bahak, seraya dia berkata, “Celaka kamu, kamu tidak akan mengetahui rahasia suatu kaum.”

Perhatikanlah olehmu bagaimana dengan candaan ini dia dapat mencapai tujuannya, lidahnya bersih, dan kehormatannya terjaga. Inilah tujuan dari candaan yang masih ditolelir oleh orang-orang yang mulia, walaupun arti dan maksudnya menimbulkan kebencian, dan membebaskan diri dari yang candaan yang serupa dianggap lebih utama.

Hendaknya seseorang menghindari diri dari terlalu berlebihan dalam mencandai musuh, karena hal ini dapat dijadikan sebagai cara untuk mengetahui aib yang dapat dijadikan bahan candaan (ejekan) ketika dia serius, dan memberikan peluang kepadanya untuk membalasnya dengan candaan yang lebih nyata.

Sebagian hukama berkata, “Jika kamu mencandai musuhmu, niscaya aibmu akan nampak di hadapannya.”

Sumber : Kenikmatan Kehidupan dunia dan Agama, Oleh : Al Imam Al Mawardi

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement