Sabtu 22 Sep 2012 14:29 WIB

Prancis Tutup Sementara 20 Kedubesnya

Rep: nora azizah/ Red: Taufik Rachman
Kedubes Prancis di Tunis, Tunisia.
Foto: Amine Landoulsi/AP
Kedubes Prancis di Tunis, Tunisia.

REPUBLIKA.CO.ID,REPUBLIKA--Prancis  telah menutup kedutaan dan kantor-kantor resmi lainya di sekitar 20

negara muslim seluruh dunia pada Jumat (21/9).

Hal ini dilakukan setelah Charlie Hebdo, salah satu majalah Perancis, menerbitkan kartun Nabi  Muhammad, dimana dua gambar diantaranya merupakan gambar telanjang.

Charlie Hebdo terjual habis pada hari Rabu (19/9) lalu, kemudian  menerbitkan lagi 70 ribu eksemplar pada hari Jumat bertepatan dengan  sholat jumat. Para pemimpin muslim Perancis sangat mengutuk  majalah tersebut.

Mereka mengimbau para muslim di mesjid-mesjid untuk  tetap tenang. Di Tunisia -merupakan daerah bekas jajahan Perancis- pemerintah melarang untuk melakukan protes. Sebab, beberapa pemberitahuan protes telah menyebar di beberapa media sosial.

"Ada  beberapa kelompok yang merencanakan protes kekerasan usai sholat jumat," ujar Ali Larayedh, Menteri Dalam Negeri Tunisia, Jumat (21/9).

Kekhawatiran juga dirasakan di kota Benghazi Libya setelah sekelompok orang turun ke jalan. Mereka bermaksud mengecam ekstrimisme dan mendesak milisi untuk  bubar. Hal ini terjadi setelah adanya serangan terhadap konsulat AS di kota tersebut pada (11/9) lalu yang menewaskan duta besar AS dan tiga pejabat Amerika lainnya.

Milisi jihad Ansar Al-Sharia disalahkan oleh beberapa orang lokal terhadap serangan tersebut karena menyerukan protesmembela Nabi Muhammad. Kedua protes di atas dijadwalkan pada waktu yang sama.Di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, lebih dari 2 ribu orang melakukan protes damai di depan kedutaan AS.

Beberapa demonstran memegang tanda-tanda yang mengisyaratkan bahwa menghina agama bukanlah kebebasan berbicara. Sementara di Kairo, Mesir, protes terhadap film

yang menghina Nabi Muhammad dimulai, dan pasukan keamanan Mesir terlihat berpatroli di jalan-jalan sekitar kedutaan AS.

Islam radikal bentrok dengan pasukan keamanan dalam beberapa hari terakhir. Meskipun Ikhwanul Muslim presiden Morsi berdomisili jauh dari Mesir, mereka  mengutuk film dan menyerukan demonstrasi secara damai.

Sentimen anti Amerika bermunculan setelah sebuah trailer film yang menghina Nabi

Muhammad tersebar di internet. Hingga saat ini produser dari film tersebut masih belum diketahui keberadaannya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement