Selasa 02 Oct 2012 08:03 WIB

Anak Qadafi Blak Blakan Soal Keterlibatan Sarkozy

Rep: Fernan Rahadi/ Red: M Irwan Ariefyanto
Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy
Foto: Benoit Tessier/Pool/AP
Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy

REPUBLIKA.CO.ID,Saif al-Islam masih terlihat segar. Dia mengenakan baju kasual berwarna cokelat. Saif tampak lebih muda dengan kepala plontos dan kacamatanya. Dia sedang melayani pertanyaan reporter Euronews, Riad Muasses, dalam sebuah tayangan eksklusif pada Maret 2011 lalu.

Wawancara itu berlangsung ketika ayah Saif, Muammar Qadafi, semakin terdesak oleh pasukan oposisi. Ribuan rakyat Libya berada di perbatasan untuk menyeberang ke Mesir. Qadafi harus rela hidup berpindah-pindah. Saif pun angkat bicara soal nasib ayahnya itu.

Ada satu pernyataan menarik Saif dalam wawancara itu. Muasses meminta tanggapan Saif soal sikap Prancis yang mengakui Dewan Transisi Nasional di Libya, tempat kaum oposisi mengorganisasikan diri. Prancis jadi negara pertama yang mengakui keberadaan dewan itu.

Apa tanggapan Saif? "Sarkozy (presiden Prancis ketika itu) harus mengembalikan uang yang dia ambil dari Libya untuk membiayai kampanyenya. Kami ingin badut ini (Sarkozy) mengembalikan uang itu ke rakyat Libya," kata Saif.

Saif mengaku mempunyai data lengkap soal detail bantuan itu dan siap membuka fakta bantuan dana itu kepada publik. Data milik Saif bukan hanya bukti transfer bank, tapi juga dokumen-dokumen pendukung lain terkait dengan dana itu.

Tidak ada yang menganggap serius ucapan Saif kala itu. Maklum, Saif dan rezim pimpinan ayahnya sedang tersudut. Publik bisa saja menganggap Saif sedang melakukan pembelaan. Tapi, dugaan soal dana kampanye Sarkozy dari Libya terus menguat.

Pada Maret 2012 France 24 pernah memberitakan hasil investigasi sebuah situs yang menyebut ada donasi sebesar 50 juta euro dari Qadafi untuk Sarkozy terkait dengan kampanye Pemilihan Presiden 2007. Informasi itu berasal dari sebuah dokumen dalam bahasa Arab pada 2006 silam. Dokumen itu berisi kesepakatan pemberian dana 50 juta euro untuk kampanye Sarkozy yang ditandatangani kepala intelijen Qadafi kala itu, Mussa Kussa.

Sarkozy pernah membantah informasi ini. Juru bicara kampanye Sarkozy, Nathalie Kosciusko-Morizet, mengatakan tuduhan itu aneh dan menggelikan. Menurut Nathalie, informasi tersebut sengaja dikeluarkan kubu Francois Hollande.

Sarkozy dan Hollande bersaing dalam Pemilihan Presiden 2012 ini. Hollande menang dalam pemilihan itu. Namun, tak berarti isu donasi dari Libya ini reda.

Sebuah fakta mengejutkan datang dari Libya. Kematian Qadafi pada Oktober 2011 lalu merupakan ulah seorang agen rahasia asal Prancis atas perintah Sarkozy. "Pembunuh Qadafi adalah seorang agen asing yang menyusup ke dalam brigade revolusioner," ujar Perdana Menteri interim Libya, Mahmud Jibril, kepada Egyptian TV, Ahad (30/9). Para sumber diplomatik di Tripoli,

Libya, mengatakan kepada koran Italia Corriere della Serra bahwa pembunuh asing tersebut berasal dari Prancis.

Tujuan perintah itu jelas, yakni agar Qadafi tak mengungkap soal pemberian dana. Juru bicara di Kementerian Luar Negeri Prancis menolak menyangkal maupun membenarkan klaim tersebut. Sejauh ini Sarkozy terus menyangkal pernah menerima uang dari Qadafi. Dari informasi yang dikumpulkan para investigator di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya sekaligus tempat dimulainya revolusi Arab Spring melawan Qadafi, agen rahasia tersebut menyusup ke dalam aksi kekerasan dan berhasil menembak kepala Qadafi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement