REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Lantaran aksi kejahatan terhadap jamaah makin meningkat, para calon haji diminta agar tak mudah percaya pada orang yang baru dikenal. ‘’Ada sekitar 8-9 kasus kriminalitas perampasan terhadap para jamaah,’’ ungkap Kepala Daerah Kerja Madinah, Akhmad Jauhari, Kamis (4/10).
Jauhari menyebutkan, kerugian yang dialami para jamaah cukup besar lantaran ada jamaah yang kehilangan uang living cost sebesar 1.500 riyal atau setara dengan Rp 3,75 juta. Akan tetapi, jumlah kerugian itu tidak sebesar kasus perampasan tahun lalu yang sempat mencapai Rp 10 juta.
Sayangnya, hingga kini para pelaku perampasan belum tertangkap. Kendati begitu, pada penyelenggaraan haji 2009, Jauhari mengungkapkan, ada pelaku perampasan yang berhasil ditangkap. ‘’Namun, diduga kuat pelakunya adalah orang Indonesia juga,’’ papar Jauhari.
Saat ini pihak pengamanan Daerah Kerja Madinah sendiri berupaya untuk menangkap pelaku kejahatan. Mereka melakukan sejumlah upaya di antaranya dengan melakukan penyamaran dan meningkatkan pengawasan petugas.
Jauhari mengimbau pada para jamaah calon haji agar tak mudah terpedaya dengan orang tak dikenal yang menanyakan identitas diri jamaah. ‘’Jadi, kalau ada orang yang menanyakan identitas diri, jangan ditanggapi,’’ kata dia.
Tak hanya itu, Jauhari juga mewanti-wanti agar tak terkecoh dengan aksi penipuan dengan modus berbeda, yaitu dengan cara berpura-pura membantu jamaah yang akan masuk ke dalam toilet. Dia merinci, biasanya si pelaku akan mengatakan pada jamaah yang akan ke dalam toilet soal larangan membawa buku doa masuk dalam toilet itu.
Pelaku lantas menawarkan bantuan untuk menjaga tas dan barang bawaan jamaah selama masuk dalam toilet. Maka, ketika jamaah malang itu keluar, raiblah tas dan bawaannya dibawa si pelaku. ‘’Kami mengimbau agar jamaah tidak sembarangan menitipkan barang pada orang lain yang baru saja dikenal.''
Tak lupa, Jauhari juga mengingatkan agar para jamaah calon haji terus membangun kekompakan dan kesetiakawanan, terutama saat menjaga jamaah usia lanjut.