REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Dukungan demi dukungan terus berdatangan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kali ini kembali dikriminalisasi oleh Polri, melalui upaya penangkapan paksanya terhadap salah satu anggotanya Kompol Novel Baswedan.
Dukungan berupa aksi itu dilakukan puluahan aktivis dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) se-Indonesia, di depan Lapangan Gasibu Bandung, Sabtu (6/10). Aksi tersebut merupakan wujud untuk menyelamatkan KPK dari intervensi berbagai pihak yang berusaha melemahkan kinerja KPK.
"Ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap KPK. Beberapa pekan ini, ada semacam gerakan pengkerdilan KPK dari berbagai pihak, salah satunya dari KPK," kata Koordinator Aksi KAMMI se-Indonesia Edi Mardiana, disela-sela aksinya.
Upaya pelemahan KPK oleh berbagai pihak, menurut dia, harus segera diselesaikan oleh Presiden SBY karena jika tidak segera diselesaikan dikhawatirkan para koruptor akan semakin meraja rela. "Ada kisruh yang sengit di antara Polri dan KPK. Oleh karena itu, ini harus diselesaikan. Presiden SBY sebagai pemimpin negara diminta tegas terhadap permasalahan yang terjadi di tubuh KPK dan Polri," katanya.
Ia menuturkan, penarikan 20 personel penyidik KPK yang berasal dari Polri saat ini menjadi salah satu polemik antara kedua lembaga tersebut.
"Ditambahkan lagi, kasus dugaan korupsi pengadaan simulator SIM yang melibatkan mantan Kakorlantas Polri semakin memicu ketegangan antara KPK-Polri," katanya.
Dalam aksinya, massa membawa spanduk besar bertuliskan 'Save KPK'. Selain itu, ada yang unik dalam aksi ini, keunikan tersebut adalah adanya seorang aktivis KAMMI yang wajahnya mirip dengan Ketua KPK Abraham Samad yang melakukan aksi teatrikal di sela-sela aksi unjuk rasa.
Mengenakan setelah jas dan celana hitam, 'Abraham Samad' versi KAMMI tersebut tampak piawai melakukan aksi teratrikal yang menggambarkan bentuk penindasan Polri terhadap KPK. "Kebetulan teman kami itu wajahnya mirip dengan Ketua KPK. Jadi, ide bagus kalau dia melakukan aksi teatrikal tentang penindasan Polri terhadap KPK," kata Edi Mardiana.