REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adik Novel Baswedan, Hafidz Baswedan, mengatakan kakaknya pernah mengutarakan bahwa suatu saat kasus simulator SIM akan dikriminalisasi.
Novel Baswedan, sejak kecil adalah sosok yang pendiam dan penurut pada orangtua. ''Dia rajin dan pandai. Kesehariannya dia orang yang santai,'' ujar Hafidz dalam obrolan online dengan Republika, Selasa (8/10).
Di mata Hafidz, kakaknya adalah pribadi yang tenang, pendiam juga tegas. Sejak SMA, dia sangat suka karate. Namun saat menjalani pendidikan di Akpol, Yudo menjadi olahraga beladiri pilihannya.
Ketika kasus simulator SIM mengemuka, menurut Hafidz, kakaknya sudah yakin suatu saat kasus tersebut akan dikriminalisasikan.
''Tapi apa dia mundur. Tidak. Dibalik sifatnya yang tenang, sesungguhnya dia keras, tidak ada kompromi jika itu kebenaran,'' ujar Hafidz.
Novel yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara adalah tulang punggung utama di keluarganya. Istrinya seorang ibu rumahtangga tulen dan bekerja mengurus keluarga mereka yang kini dikaruniai empat orang anak, semuanya perempuan.
"Yang paling tua kelas 3 SD, yang kecil masih bayi," ujar Hafidz.
Menurut Hafidz, sudah lima hari ini kakaknya tidak bisa dikontak. Hafidz yang saat ini berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur, mengaku terakhir bertemu kakaknya tiga pekan lalu di Jakarta.
Novel, setelah mengabdi di Polda Bengkulu, kemudian melanjutkan studi di PTIK di Jakarta. Setelah studinya selesai, dia kemudian menjadi penyidik di KPK hingga saat ini. Selama menjadi penyidik KPK, kehidupan Novel sangat sederhana. Bahkan menurut Hafidz, kakaknya setiap hari ke kantor menggunakan kendaraan roda dua.
''Dia punya motor Revo. Mobil dinas tidak ada. Kalaupun di rumahnya ada mobil, itu mobil pinjaman dari saudara,'' ujar Hafidz.