Kamis 11 Oct 2012 20:30 WIB

Molly Carlson, Berawal dari Sebuah Novel (3)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Molly Carlson.
Foto: islamwomen.org
Molly Carlson.

REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa 9/11 yang diwarnai aroma terorisme gerakan jihad telah menyebarkan kebencian publik Amerika terhadap Muslim.

Namun, tidak demikian dengan Molly. Penilaiannya tentang teman-temannya yang Muslim tidak berubah. Mereka tetap menjadi sahabat baik bagi Molly. Tak ada kebencian.

Justru, yang muncul adalah simpati, bukan pada korban yang meninggal karena peristiwa tersebut, melainkan pada teman-teman Muslim yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tragedi itu. Tetapi, dihakimi masyarakat hanya karena mereka Muslim.

“Saya tidak tega melihat teman saya diperlakukan tidak baik pascakejadian tersebut. Saya sudah mengenal mereka sejak lama. Mereka orang yang sangat baik. Bukan teroris ataupun ekstremis,” ujarnya.

Suatu kali, Molly pernah meminjam hijab, abaya, dan niqab milik seorang temannya dan datang ke kampus dengan penampilan tersebut. Hal tersebut dilakukannya hanya untuk mencari tahu bagaimana rasanya menjadi Muslim.

“Kenyataannya, saya benar-benar diperlakukan secara berbeda. Perlakuan yang keras bagaikan membuat saya menangis.”

Perlakuan tersebut tak menyurutkan keputusannya untuk memeluk Islam di kemudian hari. Pada 2005, ketika usianya 22 tahun, di ruang tamu sebuah keluarga Muslim kenalannya, Molly membaca syahadat.

“Saya masih ingat betul perasaan saya saat itu. Saya merasakan tangan Tuhan merangkul saya dan mencabut dosa saya, serta membuat saya menjadi orang yang baru,” tuturnya.

Sejak saat itu, Molly tidak pernah melihat lagi ke belakang. “Saya tidak pernah menyesali keputusan saya. Saya menemukan lebih banyak arti dan kesenangan dalam hidup saya setelah menjadi Muslim.”

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement