REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Utusan PBB untuk Suriah, Lakhdar Brahimi mendesak pemerintah Suriah melakukan genjatan senjata saat Hari Raya Idul Adha. Permintaan tersebut disampaikan kepada pemerintah Iran agar membantu terlaksananya genjatan senjata tersebut.
Dalam kunjungannya ke Teheran, Senin (15/10), Brahimi menyampaikan kepada pemerintah Iran agar genjatan senjata segera dilaksanakan Suriah. Upaya tersebut didesaknya mengingat konflik Suriah telah berlangsung 19 bulan.
"Brahimi meminta pemerintah Iran agar membantu pencapaian genjatan senjata di Suriah selama Idul Adha, salah satu liburan yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia," ujar juru bicara Brahimi.
Brahimi mengatakan, krisis Suriah makin parah tiap harinya. Upaya genjatan senjata diharapkan mampu mengembangkan kondisi politik yang tengah membara. "Kebutuhan mendesak untuk menghentikan pertumpahan darah. Sebuah genjatan senjata akan membantu menciptakan kondisi yang memungkinkan proses politik untuk dikembangkan," tutur Brahimi melalui jubirnya.
Genjatan senjata Suriah juga pernah digelar atas permintaan Koffi Annan yang saat itu menjabat sebagai duta PBB untuk Suriah sebelum digantikan oleh Brahimi.
Pada April 2012 dihelat negosiasi untuk genjatan senjata. Selama beberapa hari sejak negosiasi, terjadi penurunan kekerasan. Namun pada pekan berikutnya, justru terjadi peningkatan pertempuran. Annan pun frustasi dan mengundurkan diri dari jabatannya.
Menurut Pejabat Politik PBB, Jaffrey Feltman, Dewan Keamanan PBB mengarahkan setiap genjatan senjata dapat berhasil. Seluruh pihak di Suriah, harus menghentikan pasokan senjata dan bantuan militer. "Ini harus menjadi upaya kolektif semua pihak yang ada di dalam Suriah. Pelanggaran HAM, termasuk penahanan secara sewenang-wenang, penyiksaan dan eksekusi terus berlanjut. Suara protes menuju perdamaian yang dielukan tahun lalu sirna begitu saja di tengah getaran pertempuran," ujarnya.