Rabu 17 Oct 2012 15:06 WIB

Di Papua, Islam Bukan Agama Tamu (2)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.
Foto: blogspot.com
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.

Peninggalan

Tak hanya dari penuturan (tradisi lisan), keberadaan Islam di Papua dibuktikan pula oleh sejumlah peninggalan kuno.

Di Papua, misalnya, ditemukan makam ulama Islam dan piring besar bertuliskan Allah dan Muhammad. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi Teluk Kokas, Distrik Kokas, Fakfak, juga menjadi bukti sejarah yang tak terbantahkan.

Masjid Patimburak memiliki kubah mirip gereja Eropa pada masa lalu dan interior dalam menyerupai masjid yang didirikan para wali di Jawa. Masjid tersebut dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe, pada 1870.

Saat itu, Raja Wertuer tak ingin ada perpecahan antara umat Islam dan Kristen yang telah hidup berdampingan. Karena itu, sang Raja mengadakan sayembara bagi penganut kedua agama tersebut. Mereka diminta untuk membuat tempat ibadah masing-masing.

Mereka yang bisa menyelesaikan lebih dulu tempat ibadahnya, maka agama tersebut akan diakui sebagai tempat ibadah dan agama resmi kerajaan beserta rakyat Wertuer. Tak diduga, masjid bisa selesai lebih awal, sehingga sesuai janjinya Raja Wertuer I memeluk agama Islam diikuti oleh rakyatnya.

Keberadaan Islam juga dibuktikan dengan masih eksisnya perkampungan Muslim di Babo, Bintuni, Kaimana, Fakfak, dan beberapa daerah lain. Masakan Islam kuno yang masih bertahan di Desa Saonek, Lapintol, dan Beo di Distrik Waigeo juga menunjukkan betapa panjangnya usia keberadaan Islam di Papua.

Sejumlah naskah kuno pun menjadi saksi bisu keislaman Papua. Sebut saja, misalnya, naskah kuno yang ditemukan di Raja Ampat dan Fakfak. Di Fakfak terdapat delapan manuskrip kuno berhuruf Arab.

Lima manuskrip di antaranya berbentuk kitab dengan berbagai ukuran. Yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, berupa mushaf Alquran dengan tulisan tangan di atas kulit kayu. Keempat kitab lainnya, salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadis, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.

Sedangkan tiga kitab lainnya ditulis di atas daun kobakoba, pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Naskah kuno tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement