Rabu 17 Oct 2012 15:36 WIB

Di Papua, Islam Bukan Agama Tamu (4-habis)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.
Foto: blogspot.com
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.

REPUBLIKA.CO.ID, Kampung Walesi menjadi pusat pengembangan dan dakwah Islam bagi daerah-daerah sekitarnya di Pegunungan Tengah, Papua.

Islam selanjutnya menyebar ke 12 kampung lain di sekitarnya, yaitu Hitigima, Air Garam, Okilik, Apenas, Jagara, Ibele, Araboda, Megapura, Pasema, Mapenduma, Kurulu, dan Pugima.

Selain Aipon, terdapat pula beberapa nama kepala suku lain yang juga memutuskan menjadi Muslim. Seperti Kepala Suku Besar Yapen-Waropen Manokwari, Ismail Yenu.

Di Manokwari terdapat sejumlah kampung Islam yaitu di Bintuni, Babo, dan Teluk Arguni. Kampung-kampung Islam juga berdiri di sejumlah tempat lainnya seperti Kokas, Kaimana, Patipi, Rumbati, dan Semenanjung Onin.

Komunitas Muslim pun semakin berkembang di Kabupaten Sorong, seperti di Waigeo, Misool, Doom, Salawati, Raja Ampat, dan Teminabuan.

Baru-baru ini, Kepala Suku Asmat, Sinansius Kayimter, juga telah bersyahadat dan resmi menjadi Muslim. Setelah memeluk Islam, sang kepala suku mengubah namanya menjadi Umar Abdullah Kayimter.

Menurut Umar, keputusannya untuk berislam murni datang dari dirinya. Keinginan itu sudah ada sejak lama, namun semakin kuat sejak anaknya Muhammad Hatta memutuskan memeluk Islam beberapa tahun lalu.

Umar merasa, Islam memberikan perubahan yang nyata terhadap dia, keluarga, dan warga yang dipimpinnya. Dia pun siap menyebarkan risalah Islam kepada saudara-saudaranya di Suku Asmat.

Umar percaya, bila masyarakat Asmat mengenal Islam, maka perubahan akan datang. Perubahan itu tentu akan membawa Suku Asmat pada kehidupan yang lebih baik. “Dan Insya Allah, saya akan tetap menjadikan Suku Asmat sebagai bagian dari NKRI,” ujarnya.

Setelah berislam, Umar bertekad mengenal Islam lebih dalam. Belum lama ini, ia menunaikan ibadah umrah. Sekitar 20 pemuda asli Suku Asmat pun kini belajar Alquran di Demak dan Yogyakarta.

Setelah lulus, mereka akan kembali ke Papua untuk melanjutkan dakwah yang sudah dijalankan selama ini. Keputusan Umar, juga menginspirasi sekitar 20 kepala suku lain di Papua. Keinginan itu mereka sampaikan setelah menonton berita masuk Islamnya sang kepala suku di TVRI.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement