REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Puluhan peserta yang tergabung dalam Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA) berharap kehadiran media-media Islam di Bumi Serambi Makkah itu.
Pasalnya, selama 11 tahun penerapan syariat Islam di Aceh, sampai kini tak satu pun media Islam yang tumbuh di daerah tersebut.
Ketua Ikatan Penulis Santri Aceh, Teuku Zulkhairi, mengharapkan kepedulian masyarakat Aceh, terutama umat Islam yang memiliki kemampuan materi untuk mendorong penerapan syariat Islam berjalan dengan maksimal.
“Kami prihatin, selama 11 tahun pemberlakuan syariat Islam di Aceh, ternyata dukungan media akan hal itu masih sangat sedikit,” ujarnya disela-sela Simposium Penulis Aceh yang diselenggarakan IPSA di Hotel Madinah, Banda Aceh, Kamis (18/10).
Atas dasar itu pula, IPSA mendorong dan mengharapkan hadirnya media Islam dalam mendorong dan mendukung penerapan syariat Islam di Aceh agar berjalan lebih baik lagi.
“Sudah sejak lama kami mengimpikan kehadiran media Islam di Bumi Aceh ini. Sayangnya sampai kini belum ada. Karena itu, kami berharap, seluruh elemen masyarakat Aceh, mulai dari pejabat, pengusaha, dan orang-orang yang peduli Aceh, turut serta dalam mengembalikan kejayaan Aceh sebagai Serambi Mekkah,” ujar Zulkhairi.
Zulkhairi mengaku prihatin dengan kondisi Aceh sekarang ini. Pasalnya, di saat Pemerintah Provinsi Aceh sudah mendorong penerapan syariat Islam sejak 2001 silam, saat ini justru bermunculan media-media yang banyak memberitakan soal kriminalitas dengan sangat vulgar.
Bahkan, media-media itu dijual dengan harga yang sangat murah. “Jangan sampai hanya dengan harga Rp 1.000-Rp 2.000, justru merusak generasi muda Aceh dengan pemberitaan kriminalitas dan seksualitas itu,” terangnya.