REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI -- Pemerintah Iran berencana menghentikan ekspor minyak jika tekanan sanksi barat semakin ketat. Iran pun mengaku memiliki "Plan B" yang memungkinkan strategi untuk bertahan hidup tanpa pendapatan dari minyak.
Negara barat yang dipimpin Amerika Serikat tahun ini memberlakukan sanksi keras terhadap Iran. Sanksi tersebut dimaksudkan untuk mengekang program nuklir yang dianggap Barat tengah dirancang untuk memproduksi bom atom. Padahal, pemerintah Iran berkali-kali menegaskan bahwa nuklirnya digunakan dengan cara damai.
Menteri Perminyakan Iran, Rostam Qasemi mengatakan, ekspor minyak benar-benar akan dihentikan jika barat semakin ketat memberikan sanksi terhadap Iran. "Jika sanksi diperkuat, kami akan menghentikan ekspor minyak," ujarnya.
Meski ekspor minyak menjadi pendapatan utama Iran, namun Qastami mengatakan, pemerintah telah menyiapkan alternatif pendapatan lain. Sehingga meski tanpa ekspor minyak, Iran masih dapat hidup.
"Kami telah menyiapkan rencana untuk menjalankan negara tanpa pendapatan minyak. Sejauh ini kami tidak memiliki masalah serius, tapi jika sanksi itu diperbarui, kami akan beralih ke rencana B. Jika anda (Barat) terus menambah sanksi, kami akan memutuskan ekspor minyak ke dunia," ujarnya.
Ancaman tersebut merupakan yang kesekian kalinya dilontarkan Iran sebagai serangan balasan terhadap Barat. Beragam ancaman tersebut pun menurut analis telah berdampak pada penurunan tajam ekspor minyak Iran. Sebelumnya, Iran pernah mengancam penutupan jalur pelayaran Hormuz di teluk Timur Tengah. Padahal melalui Hormuz lah, sebagian besar ekspor minyak dikirim.