Rabu 31 Oct 2012 10:20 WIB

Badai Sandy dan Pembuktian Obama (3-habis)

  Presiden AS Barack Obama bersama kandidat presiden dari partai Republik Mitt Romney usai debat capres di Lynn University, Selasa (23/10).
Foto: Pablo Martinez Monsivais/AP
Presiden AS Barack Obama bersama kandidat presiden dari partai Republik Mitt Romney usai debat capres di Lynn University, Selasa (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Sang manajer krisis Obama beberapa kali tampil berdampingan dengan Fugate dan membatalkan sejumlah jadwal kampanye pada Selasa. Namun di belakang, pakar strategis utama, David Axelrod terus bekerja untuk terpilihnya kembali presiden dari Kubu Demokrat itu.

Selama konferensi telepon pada Senin (29/10), seperti dilansir Der Spiegel, ia meyakinkan wartawan bahwa kemenangan Obama tak terelakkan. Axelrod mengklaim hasil poling presiden mengalami peningkatan di negara-negara kunci dengan tipe pemilih mengambang (swing voters).

Ia bahkan menyebut pernyataan Partai Republik bahwa Romney mendapat momentum besar menuju kursi presiden hanyalah gertakan. Percakapan itu terjadi beberapa menit sebelum manajer kampanye Obama, Jim Messina menginterupsi dan memastikan bahwa ia dan Axelrod memikirkan dan berdoa untuk warga di zona bencana.

Meski, keterangan Axelrod mengenai prediksi itu sulit dibeking dengan 'data dingin faktual', karena Sandy dan listrik padam bisa membuat warga dengan suara yang bepengaruh terhadap kemenangan Obama, memilih untuk tak mendatangi kotak suara. Bila listrik tetap mati beberap hari ke depan, mereka sepertinya memiliki banyak hal lain untuk dilakukan alih-alih memberikan suara.

Sementara, Romney juga membatalkan kampanye-kampanye tak lama setelah presiden mengumukan hal serupa. Tapi Romney tentu tak bisa melewatkan krisis bencana ini untuk memberi impresi secara politik, biarpun keci. Ia menyeru pendukung-pendukungnya untuk memberi donasi kepada korban

Romney menamai ulang tajuk kampanye di salah satu negara bagian yang dianggap medan pertempuran tersengit, Ohio. Bila semula ia menggunakan 'Victory Rally' kini ia menyebutnya sbagai 'Storm-Relief Event', yang akan membantunya menggalang dana bagi korban.

Romney juga bersikap ala presiden dan mencoba merangkul kelas menangah. "Ini adalah waktunya untuk bangsa dan para pemimpinnya untuk bersama-sama fokus terhadap warga Amerika yang terluka," ujar Gail Glitcho, direktur komunikasi Romney dalam pernyataan resmi Senin.

Dalam malam yang diamuk badai, mungkin warga AS dengan cepat melupakan bahwa pada pertengahan tahun lalu, di sebuah debat yang disiarkan televisi, Romney menyatakan ia ingin menghilangkan keberadaan FEMA, organisasi yang membuktikan diri begitu penting dalam peristiwa penanggulan krisis akibat terjangan Sandy. Romney menyebut biaya untuk badan bencana sungguh 'immoral' ketika negara tengah fokus pada reduksi defisit.

"Setiap saat anda memiliki kesempatan untuk mengambil sesuatu dari pemerintah federal dan mengirim kembali ke negara bagian, itu arah yang tepat. Bila anda bisa bergerak lebih jauh, dan mengirim hasilnya kepada sektor swasta, itu lebih bagus," ujar Romney saat itu.

Huffington Post adalah salah satunya yang mengingatkan AS dengan keras mengenai pernyataan di masa lalu, ketika juru bicara Romney menegaskan bahwa calon dari Republik itu tidak ingin menggulung FEMA. Tentu saja, kini tinggal 7 hari menuju pemilu presiden.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement