Jumat 02 Nov 2012 18:24 WIB

Subuh Keliling untuk Membangun Kesadaran (1)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Shalat subuh berjamaah.
Foto: Republika/Agung Supri
Shalat subuh berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, Kesadaran menjalankan subuh keliling (Suling) memang belum merata di masyarakat. Namun, geliat melakukan Suling di beberapa wilayah sudah cukup bagus.

Menurut Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (NU), Zaky Mubarok, menumbuhkan gairah untuk bangun kala pagi dan menunaikan shalat Subuh tidak mudah.

“Awalnya memang berat, karena harus bangun lebih pagi dari biasanya. Tapi, kalau sudah terbiasa menjadi sebuah kebutuhan,” katanya.

Selama ada kemauan, tak ada lagi alasan untuk tidak terbangun saat fajar tiba. Kuncinya, hal itu harus dimulai dengan pembiasaan.

Pembiasaan Suling bisa dimulai dari keluarga. Selama ini yang mengikuti kegiatan subuh keliling hanya para orang tua. Seharusnya, orang tua melibatkan pula anak-anaknya sehingga menjadi terbiasa.

Ia pun berbagi kiat. Menjelang subuh keliling, kata Zaky, bangunkan anak-anak, ajak mereka ikut ke masjid. Jadikan momen ini sebagai ibadah yang menyenangkan bagi keluarga. Anak-anak kalau dilibatkan mengikuti ibadah ini pasti senang.

Tidak hanya keluarga, kegiatan ini akan semakin meluas bila para pejabat ataupun tokoh masyarakat setempat andil mengikutinya. “Tradisi di kita kan begitu, kalau bosnya pakai batik, anak buahnya pasti mengikuti.” tambahnya.

Suling harus dijadikan budaya bagi umat Islam di berbagai daerah hingga ke pelosok. Karena begitu banyak faedah yang diraih bagi pribadi, ataupun umat Islam secara keseluruhan. Pengamalan ibadah shalat wajib sudah pasti diraih saat menjalankan aktivitas itu, kata Zaky Mubarok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement