REPUBLIKA.CO.ID, Pernikahan pertamanya, berlangsung dengan putra Abu Bakar as-Shiddiq, yaitu Abdullah. Atikah menjadi sosok istimewa di mata dan hati pemuda pilihan tersebut.
Kecintaan Abdullah terhadap Atikah, telah mengalihkan perhatiannya terhadap dunia dan kewajiban agama, shalat berjamaah di masjid.
Bahkan, keterikatan kedua pasangan itu melemahkan ghirah jihadnya. Kondisi ini pun membuat sang ayah, Abu Bakar, prihatin. Ia tidak bisa tinggal diam.
Suatu ketika, Abu Bakar mendapati dua sejoli itu tengah bercengkerama dengan romantik, saat panggilan shalat tiba. Ia urung untuk menegur keduanya. Hingga usai melaksanakan shalat, Abu Bakar masih memergoki keduanya bersenda gurau. Ini membuat sang ayah kesal.
”Wahai Abdullah, Atikah telah melalaikan kamu dari kehidupan dan pandangan hidup, malah dia juga telah melupakan kamu dari shalat fardhu, ceraikanlah dia!” kata sang ayah.
Abdullah menuruti titah sang ayah. Namun, seiring waktu, perpisahan tersebut membuat Abdullah jatuh sakit. Kondisi ini dibaca oleh Abu Bakar dan lalu meminta anaknya rujuk kembali. Dengan catatan, kecintaan kepada sang istri tak boleh membutakan mata hati. Ia belajar dari kesalahan.
Abdullah akhirnya rujuk dengan Atikah. Ia menghadiahkan tanah kepada Atikah dan memintanya tak menikah lagi dengan orang lain setelah ia meninggal. Abdullah belajar dari kesalahan. Pernikahan mereka pun berjalan penuh kebahagiaan, hingga ajal menjemput Abdullah.