REPUBLIKA.CO.ID, DIENG -- Upaya pemugaran yang dilakukan di Candi Bima, Staf Publikasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), Jawa Tengah, Putu Dananjaya, mengatakan upaya pembongkaran seringkali terkendala kondisi cuaca yang mudah berubah.
''Kondisi cuaca berangin, kabut atau hujan yang sering terjadi di Dieng, cukup menghambat pekerjaan yang sedang dilakukan tim,'' katanya, kemarin.
Ia menambahkan, untuk melakukan pemugaran ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama, adalah berupa studi kelayakan. Bila dari hasil studi kelayakan, batuan asli candi masih tidak kurang dari 70 persen, maka pemugaran bisa dilakukan. ''Sebelum dipugar, maka candi harus dibongkar total,'' jelasnya.
Menurutnya, pembongkaran ini harus dilakukan agar bisa dilakukan langkah memperkuat struktur tanah, pondasi dan struktur bangunan. “Ada beberapa metode perkuatan yang kita terapkan, seperti pengerasan tanah dibawah candi dan pemberian cor beton dibawah pondasi candi dan pemberian angkur (kaitan) diantara batu batu candi,'' katanya.
Selama kegiatan pembongkaran juga dilakukan kegiatan pengukuran. Hal ini untuk membuat beberapa titik yang menandakan letak asli candi. Setelah seluruh batu dibongkar dilakukan kegiatan konservasi batu atau perbaikan pada batu yang patah, retak, dan sebab lainnya.
''Baru setelah semua itu dilakukan, dilakukan rebuilding atau pemasangan kembali. Pada tahap ini, batu-batu yang telah dikonservasi dikembalikan atau dipasang kembali pada tempatnya,'' tambahnya.
Dananjaya menjelaskan, keberadaan Candi Bima tidak bisa dilepaskan dari candi-candi lain yang ada disekitarnya, seperti Candi Arjuna dan Candi Semara. Candi-candi tersebut dibangun pada abad ke-8, merupakan candi tertua di Jawa Tengah.
''Salah satu keunikan ketiga candi tersebut, terletak pada bentuk atapnya yang bertingkat. Ini menunjukkan, arsitektur India sangat mempengaruhi bentuk candi tersebut,'' jelasnya.
Sedangkan untuk candi-candi lain di Dieng, seperti Candi Srikandi, Puntadewa, Dwarawati, telah menunjukkan pengaruh lokal. Hal ini ditandai adanya relung-relung dan menara pada bagian atap.