Senin 12 Nov 2012 21:17 WIB

Tebuireng, Kisah Pesantren Perjuangan (1)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.
Foto: Dok Republika
Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Sistem pengajaran di Pondok Pesantren Tebuireng mengalami beberapa kali perubahan.

Lebih dari satu abad, Pondok Pesantren Tebuireng berkiprah tidak hanya di kawasan Jombang, Jawa Timur, tetapi lebih luas lagi untuk Indonesia.

Sejak didirikan pada 1899 hingga kini, Tebu ireng telah melahirkan para ulama besar dan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama.

Mereka andil berjuang serta memberikan pemikiran-pemikiran cemerlang untuk masyarakat dan bangsa ini.

Pesantren Tebuireng didirikan KH Hasyim Asy’arie, saat itu dikenal sebagai ulama, juga pejuang yang gigih melawan penjajah Belanda. Sebelum mendirikan pesantren, Hasyim Asy’arie menuntut ilmu ke berbagai pondok hingga ke Tanah Suci Makkah.

Setelah ilmu Islamnya mumpuni, beliau kembali ke Jombang untuk mengamalkan ke masyarakat. Lalu, mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di atas lahan seluas 200 meter persegi.

Dalam perjalanannya, niat baik sang kiai tidak selamanya berjalan mulus. Kehadiran pesantren pada zaman penjajahan ini sempat ditentang warga sekitar dan dibantu Belanda.

Semangat Hasyim Asy’arie tidak pernah gentar, tetap istiqamah melawan kemungkaran. Kiai Abbas dari Pondok Pesantren Buntet Cirebon turut membantu perjuangan Kiai Hasyim dan para santri Tebuireng mempertahankan pondok.

Akhirnya, para pengusik itu takluk dan Pemerintah Hindia Belanda mengakui keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng sejak 16 Rabiul Awal 1324 H, bertepatan dengan 6 Februari 1899.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement