REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kepala Intelijen Mesir Mohamed Refaat Shehata pada Kamis mempersingkat kunjungan resmi di Turki bertalian dengan krisis di Jalur Gaza.
Kunjungan yang sedianya berlangsung beberapa hari itu dipersingkat dan Shehata harus kembali ke Kairo pada Kamis siang untuk bergegas memantau konflik Gaza, kata Badan Intelijen Mesir dalam satu pernyataan.
Shehata sebelumnya dikenal berperan aktif untuk mengupayakan gencatan senjata antara Hamas Palestina dan Israel, namun upaya itu pupus menyusul pembunuhan Israel terhadap pemimpin sayap militer Hamas, Jafar Al Jabari pada Rabu.
Pembunuhan itu menimbulkan kemarahan besar di Jalur Gaza sehingga para gerilyawan Palestina melancarkan penembakan roket ke Israel dan kemudian dibalas dengan serangan udara Israel.
"Shehata akan kembali ke Jalur Gaza dan Israel untuk mencari titik temu penyelesaian konflik antara kedua pihak," katanya.
Di sisi lain, Mesir membantah tuduhan Israel bahwa kelompok garis keras menembakkan roket dari Semenanjung Sinai, Mesir, ke Israel pada Kamis (15/11).
Media massa Israel mengutip sumber militer setempat mengatakan, telah terjadi penembakan empat roket dari wilayah Semenanjung Sinai ke Israel, namun tidak menelan korban.
Pada Kamis, pasukan Israel dilaporkan melancarkan 70 kali serangan udara ke Jalur Gaza sehingga menwaskan sejumlah warga.
Presiden Mesir Mohammed Mursi mengutuk keras agresi Israel tersebut dan mengistruksikan untuk menarik pulang Duta Besar Mesir dari Tel Aviv.
Presiden Mursi juga memerintahkan Menteri Luar Negeri Mesir Mohammed Kamel Amr untuk memanggil Duta Besar Israel di Kairo untuk menyampaikan protes Mesir atas serangan militer tersebut.