Ahad 18 Nov 2012 14:17 WIB

Syafii Maarif: Muhammadiyah Harus Perbaiki Moral Bangsa

Rep: Heri Purwata/ Red: Dewi Mardiani
Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA –- Buya Ahmad Syafi'i Maarif mengatakan, Muhammadiyah sudah berusia 100 tahun. Bila diibaratkan seseorang, usia 100 sudah pikun. Namun Muhammadiyah dinilainya justru semakin remaja, stamina dan spiritualitasnya luar biasa.

“Kekuatan itu harus digunakan untuk memperbaiki moral bangsa yang tercabik-cabik. Saat ini banyak tawuran antar pelajar, mahasiswa dan bentrok antar desa,” kata Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah  kepada wartawan di Yogyakarta, Ahad (18/11).

Muhammadiyah yang sudah berusia satu abad ini, kata Syafii, sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Gerakan Muhammadiyah berdasarkan Alquran dan Sunnah al Maqbulah yang memiliki peran yang tidak remeh dalam sejarah pergerakan membebaskan bangsa dari kemunduran dan keterbelakangan. "Karena itu, harus bisa melihat kondisi masyarakat sekitar dan berbuat untuk memperbaiki keadaan," katanya,.

Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sukiman, mengatakan Milad Muhammadiyah kali ini mengambil tema ‘Sang Surya Tiada Henti Menyinari Negeri.’ Tema yang menggambarkan keinginan kuat Muhammadiyah untuk terus berperan tidak kenal lelah membangun peradaban bersama elemen umat Islam di dunia.

Milad Muhammadiyah di Yogyakarta melibatkan kader muda Muhammadiyah untuk berperan aktif. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari kaderisasi serta kepemimpinan para kader muda Muhammadiyah.”Karena kader muda merupakan sosok penting bagi kelangsungan dakwah Muhammadiyah di masa depan,” kata Sukiman.

Tantangan zaman, kata dia, akan berkembang sesuai dengan berkembangnya sisi kemanusiaan manusia. Sehingga kapabilitas, kapasitas keilmuan kader muda yang mumpuni perlu diimbangi dengan internalisasi nilai yang menjadi akhlak kepemimpinan Muhammadiyah.

“Sangat urgen bila nilai-nilai utama kepribadian Muhammadiyah itu diwariskan kepaa generasi muda. Nilai-nilai tersebut di antaranya, keikhlasan, kegigihan, rela berkorban, kebersahajaan, berjiwa kesatrian dan peluh keteladanan,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement