REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki telah meminta North Atlantic Treaty Organization (NATO) mengirimkan rudal patriot ke wilayahnya. Hal ini dilakukan negara tersebut guna mempertahankan diri terhadap setiap serangan Suriah.
"Seperti sebuah penyebaran yang akan meningkatkan kemampuan pertahanan udara guna melindungi penduduk dan wilayah Turki. Ini akan berkontribusi pada penurunan eskalasi krisis di sepanjang perbatasan tenggara NATO," kata Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, seperti dikutip dari Alarabiya, Kamis (22/11).
Sementara itu, konflik di Suriah terus berlanjut. Pesawat-pesawat tempur Suriah membom pinggiran kota Damaskus dan wilayah yang dikuasai pemberontak di utara negara tersebut pada Rabu (21/11). Aksi itu dilakukan pemerintah Suriah karena mengecam tindakan Uni Eropa yang mendukung koalisi oposisi yang baru dibentuk.
Suriah sendiri telah mengalami kerusuhan sejak Maret 2011 dan telah menewaskan hampir 40 ribu orang. Pemerintah Suriah berulang kali menuding kelompok oposisi dan pemberontak berada di balik kerusuhan tersebut.
Sementara itu, oposisi balas menuding pasukan keamanan-lah yang berada di balik aksi itu. Press TV melaporkan semenjak Pemerintah Suriah dipegang oleh rezim Bashar Al Asaad, hubungan Turki dan Suriah menjadi kurang harmonis. Bahkan, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Suriah sebagai 'negara teroris'.
Pemerintah Suriah balik menuduh Turki, bersama Arab Saudi dan Qatar, berada di balik semua itu. Al-Assad menuduh ketiga negara itu telah memasok logistik kepada pasukan oposisi Suriah.