REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan lebih menitikberatkan pada upaya pencegahan dibanding pengobatan dalam menghadapi penyakit kanker. Pasalnya pengobatan kanker jauh lebih besar memakan biaya dibanding pencegahannya.
"Biaya pengobatan kanker menyedot 60 hingga 70 persen anggaran kesehatan," ujar Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi usai acara Policy Roundtable Future Access to Cancer Care in ASEAN di Hotel JW Marriot, Jakarta, Jumat (23/11). Namun begitu, Nafsiah tidak hafal betul berapa besar anggaran yang dia maksud.
Upaya pencegahan dilakukan melalui peningkatan promosi kesehatan untuk menghindari berbagai penyebab timbulnya kanker. "Penyebab pertama timbulnya kanker adalah rokok," ucapnya. Kemudian makanan tidak bergizi yang dapat menyebabkan kanker kolorektal dan kanker payudara. "Kami akan gencarkan pola hidup makanan berserat dan perilaku hidup sehat," ujarnya.
Kemenkes, kata Nafsiah, berkomitmen kuat mencegah kanker. Namun bila upaya tersebut tidak diikuti kesadaran masyarakat, maka akan sia-sia. "Tindakan pencegahan tidak akan bisa dilakukan tanpa diikuti perilaku hidup sehat," ucapnya.
Kemenkes juga bekerja sama dengan ASEAN Foundation untuk merumuskan perbaikan penanganan kanker di negara-negara ASEAN. Laporan hasil studi ASEAN Cost in Oncology (ACTION) dari George Institude menyebutkan 700 ribu kasus kanker baru daan 500 ribu kematian akibat kanker terjadi di ASEAN. Hal ini berdampak pada terjadinya kerugian hingga 7,5 juta DLAYs (ukuran untuk tahun hidup yang sehat) dalam satu tahun.
Beban kanker tertinggi dengan ukuran DLAY dialami Laos, Vietnam, dan Myanmar. Sementara angka terendah yaitu Brunei, Singapura dan Filipina.
Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Makarim Wibisono mengatakan dampak kanker sebagian besar dirasakan masyarakat kelompok menengah ke bawah. "Terutama di negara-negara dengan sistem jaminan sosial tidak memadai," ujarnya.
Forum ini, kata Makarim, akan menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk menempatkan kanker dalam agenda ASEAN, meningkatkan prioritas kanker serta menggerakkaan para pemangku kepentingan untuk memastikan strategi pengendalian kanker di tingkat regional benar-benar tepat sasaran.