REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Bank Internasional Indonesia (BII) Maybank mengalami peningkatan laba bersih mencapai 66 persen hingga kuartal ketiga tahun ini. Hingga September 2012, laba bersih BII mencapai Rp 922 miliar, meningkat dari Rp 555 miliar periode sama tahun lalu.
Direktur Keuangan BII Maybank, Thilagavathy Nadason, memaparkan pendapatan operasional bruto perusahaan meningkat 18 persen. Angkanya dari Rp 4,71 triliun periode tahun lalu menjadi Rp 5,58 triliun per September 2012.
"Peningkatan kinerja didukung pertumbuhan bisnis inti yang kuat, peningkatan aset, dan entitas anak secara keseluruhan," kata Thila dijumpai di Jakarta, Jumat (23/11).
Adapun total aset perusahaan meningkat 16 persen, dari Rp 90,93 triliun menjadi Rp 105,56 triliun hingga September 2012. Dana pihak ketiga (DPK) BII Maybank meningkat 20 persen, dari Rp 66,64 triliun menjadi Rp 79,83 triliun. Rasio kredit terhadap simpanan nasabah konsolidasi (LDR) mencapai 94,26 persen meningkat dari 92,64 persen tahun lalu.
Presiden Direktur BII Maybank, Dato Khairussaleh Ramli, mengatakan performa rasio kecukupan modal (CAR) pada 31 Oktober 2012 memperhitungkan obligasi subordinasi menjadi 13,66 persen.
Seperti diketahui, pada 31 Oktober lalu, BII Maybank telah menerbitkan obligasi subordinasi sebesar satu triliun rupiah dan diperhitungkan sebagai modal pelengkap setelah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia (BI).
Meskipun CAR perusahaan masih di bawah rata-rata industri, 17 persen, Khairussaleh menyatakan perusahaan tak takut bersaing dengan perusahaan lain. Pasalnya, porsi CAR dinilainya sudah efisien.
"Angka 12-13 persen itu masih di atas minimum requirement delapan persen. Jadi, tak terlalu banyak kapital, tak kurang juga," katanya dijumai bersamaan.
CAR perusahaan dinilai seimbang dari segi efisiensi dan kebutuhan risiko. Portofolio pinjaman perusahaan juga meningkat 22 persen year on year (yoy) per September 2012, dari Rp 67,18 triliun Desember 2011 menjadi Rp 75,88 triliun September 2012.
Rinciannya, pinjaman terbesar berasal dari korporasi dan komersial yang meningkat dari Rp 25,02 triliun menjadi Rp 27,82 triliun. Kredit UKM meningkat dari Rp 16,74 triliun menjadi Rp 21,70 triliun. Sedangkan kredit konsumer meningkat dari Rp 25,41 triliun menjadi Rp 26,36 triliun.
Dari segi pertumbuhan, kata Khairussaleh, kredit UKM menunjukkan performa terbaik. Tahun depan, perusahaan memperkirakan kredit UKM akan meningkat signifikan.