Senin 03 Dec 2012 15:36 WIB

Iran Ancam Keluar NPT, Jika Fasilitas Nuklir Diserang

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Reaktor nuklir Iran yang terletak di selatan kota Bushehr, Iran.
Foto: AP/Vahid Salemi
Reaktor nuklir Iran yang terletak di selatan kota Bushehr, Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, IRAN -- Iran mengancam akan keluar dari perjanjian nonproliferasi nuklir atau nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT ) jika  fasilitas nuklir di negaranya diserang.

Duta besar Iran untuk Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) Ali Asghar Soltanieh mengatakan, Iran tidak akan pernah menghentikan kegiatan pengayaan uraniumnya, yang sedang diawasi oleh IAEA.

"Kami tidak akan pernah menghentikan pengayaan kami, ini adalah hak asasi. Semuanya di bawah pengawasan 24 jam kamera IAEA," kata Soltanieh seperti dilansir dari Campaigniran.org, Senin (3/12).

Soltanieh juga menegaskan, sanksi Barat tidak berpengaruh apapun pada kegiatan pengayaan (nuklir). Soeltanih mencatat bahwa kegiatan di Fordo dan fasilitas lainnya yang ditujukan untuk tujuan damai. Selain itu, program nuklir juga untuk menghasilkan listrik. ''Contohnya, 20 persen pengayaan adalah untuk Reaktor Riset Teheran dan mereka (Barat) tidak harus membuat spekulasi."

Soltanieh memperingatkan setiap serangan terhadap fasilitas nuklir Iran akan menimbulkan respon yang keras. Soltanieh mengatakan, tidak ada yang berani menyerang Iran. Dia menuturkan bahwa serangan atas pengayaan uranium tidak akan mempengaruhi kegiatan damai nuklir Iran karena negaranya adalah master teknologi pengayaan dan dapat memproduksi semua komponen lokal. ''Setiap serangan terhadap fasilitas nuklir Iran akan memiliki konsekuensi, termasuk Iran yang mundur dari NPT,'' ancam Soltanieh.

Soltanieh menjelaskan, jika hal seperti itu terjadi, pihaknya takut parlemen Iran akan memberikan tekanan pada pemerintah untuk mengurangi kerja samanya dengan IAEA atau menangguhkan inspeksi IAEA dari fasilitas nuklir, atau bahkan menarik diri dari NPT. Ini adalah semua opsi yang mungkin terjadi. ''Tentu saja kami bersikeras melanjutkan kerja sama kami dengan IAEA," kata Soltanieh.

Dia sendiri mengutuk Amerika Serikat untuk membuat keputusan sepihak untuk mendukung Israel untuk menunda konferensi internasional yang melarang senjata nuklir di Timur Tengah. Israel sendiri tidak pernah menandatangani NPT. Namun Israel tidak mengkonfirmasikan atau menyangkal memiliki senjata nuklir, meskipun non-proliferasi dan analis keamanan percaya memiliki beberapa ratus senjata.

Israel mengatakan, pihaknya akan menandatangani perjanjian dan meninggalkan persenjataan atom hanya sebagai bagian dari kesepakatan damai yang lebih luas dengan negara-negara Arab dan Iran yang dijamin keamanannya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement