Sulitnya Berdakwah di Jepang
Saat ini, dakwah Islam terus dikembangkan di Jepang. Namun, ini bukan perkara gampang karena jumlah pendakwah di sana sangat sedikit.
Padahal, populasi Jepang mencapai 127 juta orang atau menempati posisi kesepuluh dalam daftar negara dengan populasi terbanyak di dunia.
Selain itu, para pendakwah kebanyakan berdomisili di kota-kota besar, seperti Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka, dan Tokyo, sehingga tidak merata ke seluruh Negara Matahari Terbit tersebut. Kendala bahasa dan budaya juga menjadi halangan bagi penetrasi Islam di Jepang.
Citra Islam di mata penduduk Jepang juga tidak begitu baik. Kebanyakan dari mereka termakan oleh informasi-informasi miring tentang Islam yang kerap diembuskan media-media Barat.
Sementara, literatur-literatur keislaman tak mudah ditemukan di Jepang, terutama yang telah diterjemahkan dalam bahasa ibu mereka. Alquran dalam bahasa Jepang tak mudah didapati. Hampir tak ada buku sastra Islam yang terpajang di toko-toko buku atau perpustakaan-perpustakaan umum.
Dan, yang ada hanyalah beberapa esai dan buku dalam bahasa Inggris tentang Islam. Itu pun dijual dengan harga yang lumayan mahal sehingga jarang orang Jepang yang mau membeli. Akibatnya, orang Jepang hanya mengenal Islam dari beberapa istilah, seperti poligami, Sunni, Syiah, Ramadhan, haji, Nabi Muhammad, dan Allah.
Sejumlah organisasi Islam di Jepang berusaha mengatasi masalah itu. Asosiasi Muslim Jepang, misalnya, sangat berharap bisa meningkatkan jumlah Muslim di negara itu.
Presiden Asosiasi Muslim Jepang, Amin K Tokumasu, menyatakan pihaknya terus berupaya menyebarkan Islam. Organisasi ini ingin lebih banyak orang Jepang mendapatkan informasi mengenai Islam. Asosiasi Muslim Jepang juga menginginkan didirikannya sebuah pusat kebudayaan di dekat Masjid Tokyo.
Persatuan Muslim Jepang yang dibentuk pada 1953 juga berusaha mewujudkan cita-cita yang sama. Organisasi ini menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jepang dan mengaktifkan kegiatan komunitas Muslim. Hal ini diharapkan dapat menarik minat penduduk Jepang untuk mempelajari Islam.