Ahad 15 Apr 2012 12:15 WIB

Sosiolog UI Analisis SWOT Cagub-Cawagub DKI

Rep: Indah Wulandari/ Red: Djibril Muhammad
Pasangan Hendardji-Riza mendaftarkan diri ke KPUD untuk maju ke Pemilukada Gubernur DKI, Juli 2012
Foto: Republika/Adhi
Pasangan Hendardji-Riza mendaftarkan diri ke KPUD untuk maju ke Pemilukada Gubernur DKI, Juli 2012

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penetapan calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 akan dilakukan KPUD DKI pada 10 Mei 2012 mendatang. Berikut analisis Direktur Eksekutif Institute for Social Empowerment and Democracy (INSED), Musni Umar.

Mereka yang telah mendaftar menjadi bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI dari jalur independen yaitu Hendardji Supandji-Ahmad Riza Patria, Faisal Basri-Biem Benyamin, dan dari partai politik yaitu Alex Nurdin-Nono Sampurno, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, dan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini.

Walaupun calon resmi Gubernur/Wakil Gubernur DKI belum diumumkan, tetapi para bakal calon telah melakukan sosialisasi ke masyarakat DKI. "Untuk memberi gambaran tentang kekuatan (stength), kelemahan (weakness), opportunity (peluang) dan ancaman (treath) para bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI periode 2012-2017, berikut ini saya sampaikan analisisnya,"ujar Musni.

Analisis ini dengan mengemukakan bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI dari jalur independen yang pertama kali mendaftar di KPUD DKI.

1. Hendardji Supandji-Ahmad Riza Patria

Kekuatan (strength)

Pasangan ini mempunyai kekuatan antara lain pertama, kombinasi TNI (Purn) dan sipil. Pasangan ini dapat dikatakan sebagai duet sempurna, karena memadukan seorang mantan TNI berpangkat Mayor Jenderal yang memiliki pengalaman militer, semangat, disiplin, idealis dan patriotis dengan seorang sipil untuk menjadi wakilnya, yang kebetulan dari keluargan santri karena bapaknya adalah KH. Amidan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kedua, senior-muda. Kekuatan pasangan ini karena mengkombinasikan antara tokoh senior yang kaya akan pengalaman, dengan tokoh pemuda, Ketua KNPI DKI yang baru berusia 43 tahun. Gabungan dua kekuatan ini, memberi harapan kepada masyarakat DKI.

Ketiga, sudah lama sosialisasi. Bakal calon Gubernur Hendardji Supandji sebelum dan pada masa puasa 2011 sudah gencar melakukan sosialisasi dengan membuka posko dan memasang spanduk diberbagai tempat di DKI. Disamping itu, pada saat mengumpulkan dukungan KTP dari masyarakat sebagai syarat menjadi calon Gubernur, telah melakukan interaksi dan sosialisasi ke masyarakat DKI.

Keempat, faktor etnis, korps dan agama. Kekuatan pasangan ini karera dari etnis berbeda yaitu Jawa-luar Jawa. Selain itu, banga Adji, nama panggilan Hendardji Supandji dari etnis Jawa yang merupakan penduduk terbesar di DKI dan dari kalangan purnawirawan TNI, diduga mereka akan memberi dukungan jika kelak lolos dalam verifikasi KPUD dan menjadi calon definitif Gubernur/Wakil Gubernur DKI.

Kelemahan (weakness)

Kelemahan pasangan ini belum dikenal luas masyarakat DKI, tidak memiliki mesin politik, hanya mengandalkan kumpulan orang-orang yang menjadi relawan. Kelemahan lainnya, pasangan ini masih kurang melakukan sosialisasi sebab masyarakat bawah (grass root) maunya harus didatangi langsung, sementara pasangan ini banyak tersita waktu mengurus dukungan KTP dari masyarakat DKI.

Ancaman (treath)

Banyak dukungan fiktif dari masyarakat DKI dalam pencalonan, sehingga setelah diverifikasi oleh KPUD terpaksa di batalkan. Hal tersebut menjadi ancaman serius bagi pasangan ini karena tidak tertutup kemunginan tidak lolos menjadi calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI.

Peluang (opportunity)

Sugeng Sarjadi Sindicate mengemukakan hasil survei mereka bahwa masyarakat DKI sekitar 48 persen menginginkan Gubernur/Wakil Gubernur DKI periode mendatang dari kalangan independen. Akan tetapi, melihat kekuatan dan kelemahan pasangan ini, peluang memenangkan DKI 1, kalau lolos menjadi calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI tidak terlalu besar.

Sekalipun begitu, tetap terbuka peluang karena masyarakat DKI sangat dinamis, rasional dan mudah berubah, terbukti dalam pemilu legislatif di masa Orde Baru dandi masa Orde Reformasi, pemenang pemilu selalu berganti dari satu partai ke partai lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement