Sabtu 26 May 2012 16:30 WIB

959 Pelajar SD DKI Jakarta Terjerat Narkoba

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Taufik Rachman
Didik J Rachbini
Foto: Republika/Andi Nur
Didik J Rachbini

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hampir seribu pelajar anak sekolah dasar di DKI Jakarta terjerumus narkoba. Dari data Badan Narkotika Nasional (BNN), pada 2011, sedikitnya 959 siswa SD terjerat 'obat setan' ini.

Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 897 kasus. Kurangnya perhatian keluarga dan pemerintah dituding menjadi faktor utamanya. Menurut Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Didik J Rachbini penanganan narkoba di Jakarta masih lemah.

Anggaran yang minim di Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta menghambat pemberangusan kasus narkoba di ibu kota. "Anggaran turun dari puluhan miliar rupiah menjadi Rp 3 miliar," ucap Didik saat diskusi di Kawasan Gatot Subroto, Jakarta (26/5).

Jumlah kasus narkoba yang menjangkit pelajar tingkat atas lebih banyak lagi. Tercatat, pada 2011, kasus narkoba yang menjerat SMP sebanyak 1.345. Meski jumlah ini turun dari angka sebelumnya 1.430 kasus, namun pemerintah diharap mampu memperkecil jumlah tersebut. Pada tingkat SMA, 3.187 pelajar terancam rusak masa depannya karena barang haram ini.

Meningkatnya jumlah pengguna narkoba yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki ini harus mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat dan daerah. Pasangan Hidayat Nur Wahid ini berujar tidak ada strategi baru dalam pemberangusan narkoba. "Perlu anggaran besar dan kerjasama dengan LSM untuk menutup kemungkinan gembong narkoba menyatu dengan masyarakat," ujarnya.

Didik menyebut produk hukum pemberantasan narkoba di Indonesia masih lemah. Hukum di Malaysia terkait pemberantasan narkoba menurutnya lebih kuat dibanding Indonesia sehingga wajar jika banyak pengedar yang berdatangan ke negara ini. "Pasar narkoba banyak yang lari ke sini," ujarnya.

Apalagi, saat ini, presiden telah memberi grasi pada pemilik puluhan kilogram ganja asal Australia, Corby. Hal ini bisa menyulut peredaran narkoba, khususnya di Jakarta, makin marak. Pasalnya Jakarta, kata Didi, telah menjadi daerah tempat peredaran narkoba tingkat internasional. "Harusnya tak perlu toleran terhadap Corby," katanya.

Alasan humanisme pada pemberian grasi ini dinilai tidak tapat. Sebab, menurutnya, jumlah orang yang dihancurkan akibat narkoba yang dibawa Corby lebih banyak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement