REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menemukan selebaran untuk tidak memilih pasangan Jokowi-Ahok dengan menggunakan isu agama. Temuan itu ada dalam laporan pemantuan JPPR yang sudah diserahkan kepada Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Jakarta beserta bukti-buktinya.
Manajer Pemantauan JPPR Masykurudin Hafidz mengimbau calon tidak menggunakan isu agama karena akan kontraproduktif. Pemilih di Jakarta dinilainya cerdas dan rasional. “Penggunaan isu agama dan etnis, baik kepentingan untuk menuduh pihak lain maupun sekadar mencari sensasi, justru akan merugikan diri sendiri,” katanya.
Peneliti Political Research Institute for Democracy (Pride) Indonesia Agus Herta Sumarto mengatakan, isu SARA dari salah satu pasangan calon merupakan bentuk frustrasi dalam meraup suara sebanyakbanyaknya pada putaran kedua. “Salah satu calon itu tidak punya bahan lagi dan dia sudah kehabisan akal,” katanya.
Agus menilai, para pemilih di Jakarta tergolong cerdas sehingga tidak akan terpengaruh oleh isu SARA tersebut, justru masyarakat akan kritis. Dia memperkirakan isu SARA tidak akan banyak berdampak pada opini masyarakat di putaran kedua. “Mereka yang melempar isu SARA ini malah akan semakin dinilai negatif,” ujarnya.