REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin menilai pernyataan mantan Menteri Penerangan Malaysia Tan Sri Zainuddin Maldin, tentang BJ Habibie berlebihan.
TB menjelaskan, dirinya sudah meminta konfirmasi kepada BJ Habibie. Menurut mantan Presiden RI itu, lanjut TB, ia baru saja bertolak dari Jepang ke Penang, Malaysia. Karena Habibie diminta menjadi pembicara di tiga universitas di Malaysia, tentang demokrasi dan perkembangan Asia Pasifik. Habibie juga diminta menjelaskan tentang peran media dalam menegakan demokrasi.
"Jadi menurut saya tidak ada yang salah, tapi kemudian ditanggapi berlebihan oleh mantan Menteri Penerangan Malaysia. Bahkan menyatakan sebagai anjing imperialis," ujar TB.
Politisi Partai PDI Perjuangan itu memandang jika ada sesuatu yang dinilai salah atas apa yang disampaikan Habibie dalam ceramah ilmiahnya, harusnya juga ditanggapi dalam ruang tersebut dengan cara-cara ilmiah. Tetapi jika kesalahan itu disampaikan secara pribadi, tanpa landasan dan bukti yang jelas. TB menilai ucapan mantan Menteri Penerangan Malaysia itu berlebihan.
"Yang disampaikannya sudah mengarah kepada penghinaan kepada bangsa Indonesia. Karena Pak Habibie mantan pejabat negara yang notabene jujur," ungkap TB.
TB melihat lama kelamaan Malaysia tidak lagi menempatkan diri sebagai sahabat dan tentangga yang baik. Penghinaan, ujarnya, dilakukan Malaysia bulai dari kelas bawah hingga kelas atas. Dengan berbagai cara, seperti melakukan penghinaan, pemerkosaan, hingga sifat pejabatnya yang seronok.
"Kami meminta agar mantan menteri itu diprotes keras. Kami juga akan memanggil dubes Malaysia," kata TB.
Namun rencana pemanggilan itu akan dikonsultasikan Komisi I dengan Menteri Luar Negeri terlebih dahulu. TB juga mengharapkan agar Indonesia tidak selalu bersikap lunak terhadap Malaysia.
Senada dengan TB, anggota DPR Komisi I dari Fraksi PAN, M Nadjib mengatakan persoalan tersebut harus direspon secara rasional. "Jangan lupa konteks politik di Malaysia saat ini, mereka mau Pemilu. Incumbent yang berkuasa terancam karena Anwar Ibrahim kelihatannya berpeluang meraih kekuasaan," jelasnya.
Najib menduga ada semacam upaya melemahkan Anwar dengan mengangkat isu tentang Habibie sebagai Anjing Imperialisme. Hal itu dikarenakan Anwar dinilai memiliki kedekatan dengan Habibie dan masyarakat Indonesia.
"Kita tidak perlu bereaksi berlebihan, hingga menimbulkan kegaduhan. Tapi kita bisa mengkritik perdana menteri sekarang," ujarnya.