REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Tingginya arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ternyata didominasi petikemas impor dari berbagai negara. Kenaikan petikemas impor ini diakui pihak pelabuhan bahkan telah mengalami kenaikan mencapai 37 persen petikemas berpendingin (reefer container) atau berjumlah 53.561 TEU's sejak November tahun lalu hingga sekarang.
Sedangkan arus petikemas reefer container ekspor Indonesia hanya mengalami kenaikan 10 persen di 21.080 TEU's hingga November 2012. Ini menunjukkan arus impor barang ke wilayah Indonesia masih sangat tinggi ketimbang arus ekspornya.
Kepala Humas PT Pelindo III (Persero) Surabaya, Edi Priyanto mengatakan, besarnya petikemas impor ini atas kebijakan Menteri terkait masuknya produk hotikultura ke Surabaya.
"Kenaikan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh penerapan Peraturan Menteri Pertanian tentang Impor Produk Hortikultura," kata Kepala Humas PT Pelindo III (Persero) Surabaya, Edi Priyanto. Karenanya menurut dia, peningkatan petikemas impor itu memang dari imbas kebijakan, bukan karena permainan impor.
Namun demikian, PT Pelindo III melihat tingginya arus petikemas hingga November 2012, menunjukkan primadona usaha pengiriman petikemas. Data dari Pelindo III setidaknya arus petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak hingga November 2012 sudah mencapai 2,6 juta TEU's.
Ukuran muatan dalam kegiatan pembongkaran maupun pemuatan barang dengan menggunakan container dinyatakan dalam TEUs (Twenty Foot Equivalent Units). Oleh karena ukuran standar dari petikemas atau container di mulai dari panjang 20 feet, maka satu petikemas 20’ dinyatakan 1 (satu) TEU's dan petikemas 40’ dinyatakan sebagai 2 TEU's.
Kenaikan peti kemas impor tersebut diketahui sebagian besar dari dua negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura. Hal itu dikemukakan Humas PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS), Ardiansyah. "Dua negara di Asean, Singapura dan Malaysia menjadi negara dominan pemain ekspor impor barang melalui petikemas ke Indonesia," ujarnya.