REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA -- Para pengunjuk rasa melemparkan batu dan tomat kepada Presiden Tunisia Moncef Marzouki saat memberikan pidato menandai dua tahun revolusi di Tunisia.
Insiden itu dimulai setelah pidato Marzouki dan juru bicara parlemen Tunisia Mustapha Ben Jaafar menandai dua tahun revolusi Tunisia, Senin (17/12) waktu setempat.
Marzouki dan Ben Jaafar yang berpidato sampai harus dikawal dari panggung oleh pasukan keamanan lantaran para pengunjuk rasa menyerbu alun-alun di mana pidato tersebut berlangsung.
Sekira tiga ribu demonstran mengeluh karena hanya sedikit perbaikan di wilayah mereka sejak pemerintah Marzouki mengambil alih kekuasaan. Akibatnya, mereka meneriakkan kata-kata seperti, "Rakyat ingin jatuhnya pemerintah dan sebuah revolusi baru. Tetapi Marzouki mendesak warga untuk sabar dan mengatakan dia tidak memiliki 'tongkat ajaib' untuk menurunkan pengangguran".
Sebelumnya, Marzouki telah berjanj memajukan ekonomi Tunisia dalam waktu enam bulan, setelah bertemu dengan seorang warganya Sidi Bouzid, yang mengeluh tentang kurangnya infrastruktur.
Ketika presiden turun dari podium, demonstran berteriak marah "Keluar! keluar!". Selanjutnya, para demonstran melemparkan batu ke Marzouki dan Ben Jaafar. Sontak, pasukan keamanan menahan serangan tersebut dan dengan cepat mengevakuasi dua orang itu ke kantor pusat pemerintah daerah, demikian laporan AFP seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (18/12).
Kemiskinan dan pengangguran memang terjadi negara ini. Sehingga 17 Desember 2010 merupakan tanggal bersejarah untuk Tunisia yang dimulai dengan aksi membakar diri dari seorang pedagang kaki lima (PKL) sayur keliling bernama Mohamed Bouazizi (27 tahun) di luar kantor gubernur pada 17 Desember 2010 lalu.