REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat, Selasa (18/12), mengaku-ngaku kecewa dengan sikap Israel yang berkeras mengenai rencana perluasan permukiman di Tepi Barat Sungai Jordan, termasuk Jerusalem Timur.
Gedung putih pun mempertanyakan minat sekutu utamanya di Timur Tengah itu dalam mewujudkan perdamaian dengan Palestina.
"Sehubungan dengan masalah permukiman yang lebih luas dan pernyataan baru-baru ini serta tindakan di lapangan, kami sangat kecewa karena Israel berkeras ingin melanjutkan pola tindakannya yang provokatif ini," kata wanita Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland, dalam satu taklimat, seperti dilansir Xinhua.
Israel telah menolak untuk tunduk pada tekanan dari seluruh dunia, termasuk dari Washington dan negara Eropa, mengenai rencana barunya untuk membangun ribuan rumah lagi di Jerusalem Timur dan Tepi Barat Sungai Jordan. Rencana itu diungkapkan tepat setelah Palestina meraih peningkatan status negara pengamat non-anggota di Sidang Majelis Umum PBB pada penghujung November.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Selasa (18/12), sebagaimana dikutip Xinhua kembali mengatakan, "Jerusalem adalah Ibu Kota Abadi Negara Yahudi, dan kami akan terus membangun di sana."
Menanggapi pernyataan Netanyahu tersebut Nuland berkata, "Pengumuman yang berulangkali dan rencana pembangunan baru tersebut bertolak-belakang dengan upaya perdamaian. Para pemimpin Israel terus mengatakan bahwa mereka mendukung jalur menuju penyelesaian dua-negara, tapi semua tindakan ini hanya membuat sasaran itu jadi kian terancam."