Jumat 28 Dec 2012 20:33 WIB

Kompolnas : Polisi Perlu Diasuransikan

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Citra Listya Rini
Polisi tingkatkan pengamanan di sekitar Gereja Katedral Jakarta
Foto: Adhi Wicaksono/rep
Polisi tingkatkan pengamanan di sekitar Gereja Katedral Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Kaki seorang polisi itu beridiri di atas dua pijakan. Satu di pengadilan dan yang satu di kuburan,”. Begitulah ucapan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Timur Pradopo saat menghadiri acara refleksi kinerja Polri tahun 2012, Jumat (28/12).

Kalimat tersebut ia lontarkan kala menanggapi laporan banyaknya anggota polisi yang berguguran saat bertugas. Disebutkan, di tahun 2012, sebanyak 15 anggota tewas atas aksi kelompok bersenjata yang terjadi di Solo, Poso dan Papua,

Perwira bintang empat ini mengatakan, kegigihan polisi kadang menjadi sebuah dilema saat menghadapi situasi berhadapan dengan pelaku kriminal.

Menurutnya, jika menembak, polisi khawatir dituduh menyalahi aturan, namun bila keduluan ditembak tentu saja mati ganjarannya.

Ia berseloroh, polisi serba salah saat harus bersikap saat menghadapi polah para penjahat bersenjata. Dan terkadang hal itu membuat posisi polisi seakan selalu menjadi oknum yang renyah untuk selalu dipersalahkan oleh publik. 

Timur berujar, tewasnya belasan anak buahnya tersebut menyadarkan Polri untuk lebih keras menghadapi perilaku kejahatan. Pasalnya menurut dia, kini pelaku kejahatan khsusunya di daerah rawan konflik sudah tak segan lagi untuk menyerang polisi.

“Tentu langkah tepat dan evaluasi akan kami lakukan. Tapi begituah kami, satu sisi bila tegas bisa dipidanakan, di sisi lain bila melempem bisa dibunuh,” ujarnya Jumat (28/12)

Di lain kesempatan, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menilai kini Polri harus serius menanggapi banyaknya anggota yang tewas di lapangan. Anggota Kompolnas, Adrianus Meilala berujar, titik berat dari gugurnya personel polisi di kawasan konflik adalah soal pembekalan skill dan perlindungan.

Soal keterampilan, ia berkata tentunya pemilihan anggota polisi yang ditempatkan di lokasi rawan konflik haruslah memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Adrianus mengatakan, bila perlu dari kelas Polsek pun personel yang mengisi kekuatan di Poso, Sulawesi Tengah dan Papua khususnya, adalah lulusan-lulusan terbaik akademi Polri. Beratnya tugas tersebut dapat dikikis dengan personel yang mumpuni, kata dia.

Ditambahkan Adrianus, soal proteksi yang berkaitan dengan banyaknya anggota Polri yang tewas. Menurut dia, seorang anggota polisi yang bertugas di kawasan konflik tentu paham benar bahwa dirinya berada di lokasi yang cukup rawan dan membahayakan.

Atas dasar inilah, topangan perlindungan agar bukan hanya raga, tapi psikis mereka pun harus diberikan agar tetap prima. “Sodorkan asuransi bagi mereka. Karena bagaimana pun, tentu pikiran mengenai bagaimana nasib keluarga, anak dan istri bila mereka mati akan menyelimuti petugas setiap bertempur,” ujar Adrianus.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement