Senin 31 Dec 2012 08:15 WIB

Syajaratud Dur, Sang Ratu Adil (2-habis)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Gaya kepemimpinan Syajaratud Dur sangat memukau. Ia sosok pemimpin yang peduli dan peka terhadap permasalahan rakyatnya.

Kepemimpinan Mesir kembali kosong. Para gubernur dan pejabat pemerintahan lalu membaiat kembali Syajaratud Dur.

Ia akhirnya menjadi pemimpin perempuan di Mesir. Ini adalah prestasi luar biasa. Sekalipun ia bukanlah pionir pemimpin perempuan.

Radhiyah ad-Din memimpin Kesultanan Delhi pada 1236-1240 M dan Arwa binti Ahmad Ash-Shalihi yang memimpin Yaman pada 1098-1138 M. Gaya kepemimpinan Syajaratud Dur sangat memukau.

Ia sosok pemimpin yang peduli dan peka terhadap permasalahan rakyatnya. Seringkali, ia memberikan santunan rutin pada kaum dhuafa. Pemimpin yang berjuluk al-Musta'shimiyyah ash-Shalihiyah Malikatul Muslimin Walidah Khalil Amir al-Mukminin itu bersikap egaliter.

Ia tak bersikap otoriter. Tiap keputusan yang diambil telah ia musyawarahkan terlebih dahulu dengan para penasihat dan menterinya. Kehidupan masyarakat berjalan dinamis di bawah kekuasaannya.

Puisi dan syair berkembang pesat. Muncul penyair terkemuka, seperti Bahauddin Zahir, Jamuluddin bin Mathruh, dan Fakhruddin bin as-Syaikh. 

Ia mengusung semangat perdamaian. Kebijakan yang pertama kali ia tempuh ialah mengadakan kesepakatan damai dengan Louis IX. Raja Prancis itu konon tertangkap di Mansoura.

Kesepakatan yang muncul dari pertemuan mereka ialah, mereka akan dilepaskan dengan syarat tidak akan kembali lagi melancarkan agresi ke Mesir.

Lengser

Namun, kondisi perpolitikan saat itu tidak stabil. Meskipun prestasi yang ia torehkan cukup gemilang, oposisi terus menggoyang kursi kepemimpinannya, baik dari dalam ataupun luar negeri.

Kekacuan domestik meletus saat warga Mesir turun ke jalan dan memprotes kepimpinan seorang perempuan. Unjuk rasa itu menolak Mesir dipimpin oleh sosok perempuan.

Mereka berdalih, Islam tidak memperbolehkan perempuan memimpin negara. Salah satu tokoh Muslim yang keras menyuarakan isu itu ialah  Imam Izzuddin bin Abdussalam. Sementara, pendukung Dinasti Ayubiyah di Syam menuntut kematian Tauran Syah diusut.

Belum lagi, penolakan keras dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang tidak rela para budak bercokol dan berkuasa di Mesir. Ia pun akhirnya lengser dan digantikan oleh Izzuddin Aybaik. Pada 1257 M, ia meninggal dunia akibat konspirasi politik .

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement