REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perayaan pergantian tahun melalui aktivitas hura-hura harus beralih menjadi kegiatan positif. Tahun baru merupakan momentum untuk introspeksi dan evaluasi. Menurut Ustaz Fadzlan Garamatan, kegiatan zikir pada malam tahun baru lebih baik ketimbang aktivitas hura-hura. "Kegiatan zikir itu langkah positif, membudayakan kebaikan di tengah budaya hura-hura," ujar Fadzlan, Senin (31/12).
Pergantian tahun, kata ustaz yang banyak berdakwah di tanah Papua ini, adalah sarana untuk mengingat kesalahan setahun lalu. Dengan begitu, umat dapat menyongsong tahun baru dengan perbaikan dari kesalahan.
Setiap perayaan pergantian tahun harus terisi dengan kegiatan yang bermanfaat dan tidak melanggar aturan Islam. Perayaan dengan introspeksi dan evaluasi dapat mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya. Dengan mengetahui kekurangan diri setahun ke belakang, umat harus memperbaikinya dengan mendekatkan diri kepada Allah.
Republika kembali menggelar Dzikir Nasional bertajuk “Doa dan Dzikir untuk Anak Negeri” di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, pada 28-31 Desember 2012. Puncak kegiatan ini adalah Parade Tausiyah dari sejumlah ulama dan tokoh Islam, nanti malam mulai pukul 19.00 WIB.
Sebelum berlangsung kegiatan puncak, terdapat aktivitas khitanan massal dan penampilan musik Islami. Republika juga mengadakan bazar yang menghadirkan produk-produk karya umat Islam, seperti buku-buku Islam, pakaian Muslim, dan Alquran.
Sejumlah tokoh Islam yang akan mengisi zikir Nasional ini adalah KH Said Aqil Siraj, KH Bachtiar Nasir, KH Toto Tasmara, Ustaz Fadzlan Garamatan, Ustaz Abdul Syukur, dan Ustaz Yusuf Mansur. Hadir pula Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Republika juga mengadakan Muhasabah Nasional di Bandung, Jawa Barat, dan Tabligh Akbar di Yogyakarta dalam menyambut tahun baru. Dua kegiatan ini juga bertujuan untuk mengarahkan perayaan pergantian tahun pada kegiatan positif.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung KH Miftah Faridl mengatakan, perayaan tahun baru memang identik dengan hura-hura. Bahkan, kegiatan itu sudah masuk ke daerah dan desa-desa. "Memang tidak dilarang, tapi hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat," ujar Miftah.
Menurut Miftah, kegiatan pengajian menjadi pilihan lebih baik dibanding bersenang-senang ketika saudara yang lain sedang kesusahan. Miftah mengingatkan, masih banyak saudara-saudara korban banjir yang membutuhkan pertolongan. Pergantian tahun, kata dia, hendaknya menjadi sarana dalam menjalin persaudaraan.
Salah satu pengisi acara Tabligh Akbar Republika Yogyakarta, Ustaz Wijayanto, mengatakan, perayaan tahun baru perlahan harus beralih menjadi kegiatan alternatif. Hura-hura terjadi karena tidak ada lagi kegiatan alternatif, seperti zikir dan muhasabah.