REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini, Islam telah menjadi agama mayoritas dan tumbuh berdampingan dengan agama-agama lain di Guinea.
Pemerintah pun memberi kebebasan beragama kepada rakyatnya. Kebijakan ini ternyata dimanfaatkan oleh para misionaris Kristen.
Sejumlah media mengabarkan para misionaris Kristen telah memurtadkan cukup banyak Muslim Guinea. Orang-orang dari etnis Fulani merupakan sasaran utama para misionaris.
Saat ini, jika mencari artikel agama di Guinea, artikel Kristen lebih banyak ditemui ketimbang Islam. Bahkan, muncul prediksi, jumlah penganut agama Kristen di Guinea akan meningkat dari delapan persen menjadi 10 persen dari total populasi.
Sebagaimana Islam, komunitas Kristen pun mendapat hak dalam pemerintahan dan siaran di media, termasuk televisi nasional. Injil diterjemahkan dalam bahasa setempat, kesusastraan Kristen pun beredar di kalangan siswa sekolah dasar dan menengah.
Masjid Agung Conakry
Di tengah hiruk pikuk ibu kota, berdiri megah sebuah masjid dengan beberapa menaranya yang menjulang tinggi. Masjid Agung Conakry, demikian nama masjid yang menjadi simbol kemasyhuran Islam di Guinea.
Berlokasi di dekat Botanical Garden Conakry dan Rumah Sakit Donka, masjid ini adalah yang terbesar di kawasan sub-Sahara Afrika dan keempat terbesar di benua Afrika.
Dibangun atas bantuan dana dari Raja Fahd dari Arab Saudi, masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Presiden Ahmed Sekou Toure. Bangunan yang menyinergikan desain arsitektur Timur Tengah dan Eropa tersebut diresmikan pada 1982.
Setelah dibangun dan diresmikan, masjid ini masih terus mendapat bantuan dari Arab Saudi, terutama untuk pemakmuran dan pemeliharaannya.
Berdaya tampung lebih dari 20 ribu jamaah, Masjid Agung Conakry dikelilingi oleh taman dan rindangnya pepohonan. Di dalamnya, terdapat beberapa makam tokoh Muslim negeri ini, termasuk Ahmed Sekou Toure dan Alfa Yaayaa.