REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri masih menjadi pilihan bagi banyak warga Kabupaten Indramayu. Hal itu terbukti dengan meningkatnya jumlah warga yang menjadi TKI.
''Jumlah TKI asal Indramayu sepanjang 2012 meningkat hingga 50 persen lebih dibanding 2011,'' ujar Kepala Bidang Pelatihan dan Pendataan Tenaga Kerja (kabid pelatihan dan pendtaker) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Indramayu, Andi, Senin (7/1).
Andi menyebutkan, pada 2011 lalu, jumlah warga Kabupaten Indramayu yang menjadi TKI tercatat 12.084 orang. Sedangkan pada 2012 meningkat menjadi 18.796 orang.
Dari jumlah TKI tersebut, Andi menyebutkan, sebanyak 99 persen di antaranya didominasi oleh kaum wanita (TKW). Mereka pun rata-rata bekerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga.
''Kenaikan jumlah TKI itu disebabkan minat warga Indramayu untuk bekerja di luar negeri memang besar,'' tutur Andi.
Ketika disinggung mengenai adanya TKI yang ilegal, Andi mengakui hal tersebut masih terjadi. Namun, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Indramayu untuk meminimalisasi hal tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinsosnakertrans Kabupaten Indramayu, Wawang Irawan, menambahkan, pihaknya sebenarnya telah berupaya menekan jumlah warga yang akan berangkat sebagai TKI.
''Daripada bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri), lebih baik bekerja di dalam negeri,'' ujar Wawang.
Ia mengungkapkan, salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan jumlah warga yang menjadi TKI informal, yakni dengan pelatihan purna TKI. Pelatihan itu diberikan kepada para TKI yang telah pulang ke tanah air.
''Kami berikan penjelasan dan pelatihan mengenai wirausaha agar mereka bisa membuka usaha sendiri dan tidak tergantung pada pekerjaan di luar negeri,'' kata Wawang.