REPUBLIKA.CO.ID, Azkuna adalah dokter ahli jantung. Pria lulusan Universitas Salamanca ini sempat menjabat direktur Rumah Sakit Pemerintah Basque. Terjun menjadi politikus sejak 1991, pria itu diangkat sebagai menteri kesehatan di provinsi.
Hingga 1999, Azkuna memutuskan mencalonkan diri sebagai wali kota. Tidak hanya mendapatkan dukungan dari pihak rumah sakit, tapi juga Azkuna berhasil menggandeng Partai Nasionalis Basque (EAJ) sebagai kendaraan politik. Hingga, rakyat memilihnya sebagai wali kota Bilbao sejak 1999 sampai sekarang dengan empat kali periode pemerintahan.
Saat pertama kali menjabat wali kota, pria berkumis ini memutuskan merenovasi Museum Guggenheim Bilbao menjadi museum modern. Tak tanggung-tanggung, dia menghabiskan hampir 230 juta dolar AS dari dana pemerintah untuk membangun Guggenheim. Sejak awal, Azkuna memang merencanakan bangunan yang diarsiteki oleh Frank Gehry ini sebagai ikon Bilbao layaknya Sydney Opera House di Australia. “Sejak pertama dilantik, Azkuna sudah menggunakan Guggenheim sebagai rencana awal membangun kota,” ungkap Tann Vome Hove, peneliti senior City Mayors Foundation, seperti dikutip www.bilbao.net.
Saat itu, banyak kritik pedas menentang rencana Azkuna karena hanya membuang-buang uang. Ternyata, di balik rencana renovasi museum ini, Azkuna memiliki strategi lain. Renovasi adalah bagian dari rencana pembangunan yang lebih luas. Pembangunan ini melibatkan jalur kereta bawah tanah yang baru, pengembangan kembali sungai, dan bandara baru. “Jadi, tidak hanya sebatas simbol,” kata Azkuna.
Ucapan Azkuna bukan omong kosong. Para kritikus pun bungkam. Sejak museum dibuka, jumlah pengunjung terus meningkat, bahkan pada 2011 mencapai 700 ribu pengunjung. Museum Guggenheim diperkirakan telah memberi pundi-pundi pendapatan domestik bruto (PDB) sekitar 2,4 miliar euro untuk Provinsi Basque sejak Oktober 1997. Museum ini meningkatkan posisi Bilbao, bahkan Spanyol di dunia.
Guggenheim memang bukan sekadar museum. Arsitekturnya yang tidak biasa membuatnya laksana bangunan masa depan: melengkung bertumpuk vertikal. Warna emasnya mengundang perhatian pengunjung.
Sebagai museum modern, Guggenheim terintegrasi dengan lingkungan. Di selatan, dia bersentuhan dengan kota dan jendela-jendela. Di utara, berhubungan dengan sungai. Interaksi Guggenheim dengan jembatan, trotoar, dan gedung-gedung sekitar memberi definisi baru tentang arti museum.