Selasa 15 Jan 2013 17:27 WIB

KH Ahmad Badawi, Penasihat Dua Presiden (3)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
KH Ahmad Badawi.
Foto: muhammadiyah.or.id
KH Ahmad Badawi.

Penasihat Presiden

Sikap Kiai Badawi yang cukup apik itulah yang kemudian menarik perhatian Soekarno. Pada 1963, Soekarno meminta Kiai Badawi untuk menjadi penasihat pribadinya di bidang agama.

Setelah melewati pertimbangan yang masak, permintaan itu disetujui oleh Kiai Badawi. Namun, ia tak sedikit pun memanfaatkan posisi itu untuk mengejar ambisi pribadi.

Sebaliknya, ia mampu menjadi penyeimbang bagi masukan-masukan yang diterima Soekarno.

Seperti ditulis di laman resmi Muhammadiyah, Kiai Badawi berhasil mengendalikan Soekarno untuk tidak terseret terlalu jauh oleh pengaruh komunis yang terus menggerogotinya.

Secara rutin, Kiai Badawi memberikan siraman rohani kepada sang presiden. Nasihat dan pandangan agama diberikan seakan tak terikat oleh ruang dan waktu. Di mana ada kesempatan, Kiai Badawi selalu memberikan nasihatnya kepada Bung Karno.

Dalam memberikan nasihat, Kiai Badawi bukanlah tipe orang yang gemar memberi masukan atau laporan ABS (Asal Bapak Senang). Artinya, ia tetap menyampaikan nasihat secara substansi dan kritis.

Tak heran jika Soekarno selalu menyimak setiap masukan sang kiai. Bahkan, Soekarno pun sering meminta para menterinya untuk memperhatikan nasihat-nasihat agama dari Kiai Badawi.

Selepas masa Orde Lama, peran sebagai penasihat masih tetap dijalankan Kiai Badawi. Presiden Soeharto, pemimpin Orde Baru, rupanya ingin pula menjadikan Kiai Badawi sebagai penasihat, seperti halnya yang dilakukan kiai Muhammadiyah itu terhadap pendahulunya, Soekarno.

Permintaan itu diterima. Hanya saja, ia tak bisa menjalankan peran itu secara optimal. Usia Kiai Badawi yang telah merangkak 66 tahun membuat kondisi fisiknya melemah akibat serangan penyakit.

Kiai Badawi wafat pada Jumat, 25 April 1969, pukul 09.45 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Saat itu, ia masih menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung yang dipegangnya dari tahun 1968.

Sedangkan di Muhammadiyah, ia masih tercatat sebagai penasihat PP Muhammadiyah periode 1969- 1971 berdasar hasil Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement