Sabtu 19 Jan 2013 12:13 WIB

3 Tahun 70 Siswa SD Belajar di Rumah Warga

Siswa SD sedang belajar - ilustrasi
Foto: Antara
Siswa SD sedang belajar - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, RENGAT -- Nasib 70 siswa Sekolah Dasar (SD) Jarak Jauh Dusun III Desa Durian Cacar, Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau sudah tiga tahun ini numpang belajar di rumah warga, karena sarana dan prasarana tidak ada sama sekali.

"Belajar di rumah warga karena fasilitas sangat minim, gedung sekolah tidak ada, karena minat siswa belajar cukup tinggi, terpaksa pinjam rumah warga," kata Guru Honorer SD jarak jauh, Patu Rahman, sabtu (19/1) Rengat.

Dikatakan Rahman, ketiadaan sarana dan prasarana di SD tersebut, membuat para siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 harus belajar di rumah milik warga bernama Minan. Minan dengan ikhlas menyediakan rumah untuk kegiatan belajar mengajar selama beberapa tahun tersebut.

Dengan ada niat baik warga tersebut, membuat semangat belajar anak-anak tinggi, buktinya mereka pada rajin sekolah seperti siswa di sekolah lainnya di Indragiri Hulu. Namun sebagai guru dirinya juga merasa prihatin dengan APBD Inhu yang mencapai Rp1,4 triliun tersebut belum bisa membangun gedung yang bisa menampung siswa sejumlah 60 orang.

"Kedatangan saya ke Rengat untuk menyampaikan Aspirasi kepada Anggota Dewan Dapil III soal kondisi ini. kami meminta wakil rakyat memperjuangkan pembangunan sekolah secepatnya, sehingga siswa dapat menikmati pendidikan dengan baik," jelasnya.

Selain tidak adanya gedung sekolah, alat tulis seperti kapur saja tidak pernah dianggarkan pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu selama ini. Biaya untuk alat tulis ini terpaksa ditalangi pihak sekolah agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Padahal program pemerintah untuk mencerdaskan anak bangsa didengung-dengungkan.

"sekolah ini hanya memliki 3 Guru Honorer. Selama ini biaya dikeluarkan oleh komite sekolah namun jarang bisa mencukupi, namun kami sebagai guru dengan ikhlas tetap mengajar. Tahun 2013 ini sangat berharap pemkab Inhu benar - benar memperhatikannya. Tak jarang kepala desa setempat turut membantu biaya operasional sekolah ini," keluhnya.

Rahman menambahkan, masalah ini sudah pernah disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan melalui UPTD Kecamatan Rakit Kulim, namun sampai saat ini belum ditanggapi. Siswa SD yang Mayoritas Suku Talang Mamak tersebut selama ini tidak pernah memakai baju seragam.

"Mereka hanya menggunakan pakaian biasa. Mereka juga tidak menggunakan meja dan kursi dalam belajar, tapi duduk di lantai. karena itu, DPRD Inhu khususnya dari Dapil III diharapkan memperhatikan kondisi ini," harapnya.

Irwan Toni Anggota DPRD Inhu mengatakan, persoalan anak suku talang ini memang mesti mendapatkan hak yang sama, terutama berkaitan dengan pendidikan. Miris rasanya kalau masih ada ketimpangan sosial sebutnya. "Sabagai anggota DPRD Inhu tetap akan memperjuangkannya" janjinya.

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Indragiri HM Arpan Saleh mengatakan sangat sedih, jika masih ada sekolah yang belum mendapatkan fasilitas pendukung, apalagi hingga gedung sekolah sampai tidak ada. Hal ini mesti diperjuangkan semaksimal mungkin semua pihka terkait.

"Semua merasa terpukul mendengar keluahan guru dan siswa tersebut, semestinya di kabupaten Indragiri Hulu yang sudah mulai berkembang ini, sudah tidak ditemukan lagi persoalan seperti itu," tegasnya.

Namun mestinya juga sebut Arpan, jika pemerintah belum dapat memperhatikannya, sebaiknya perusahaan yang ada di lingkungan tersebut melaksanakan CSR-nya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement