REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kondisi Mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon mulai menunjukkan perbaikan setelah berada dalam kondisi koma selama tujuh tahun.
Dokter menyatakan ada aktivitas otak yang signifikan. Tim dokter dan ilmuwan Israel serta Amerika melakukan tes baru yang direspon Sharon.
Aktivitas otak meningkat ketika Sharon diperlihatkan foto keluarga dan mendengarkan rekaman suara anaknya.
Sejak 2006, pria 84 tahun itu dalam kondisi koma karena stroke. Sejak itu, dia selalu memakai alat bantu pernapasan.
Dokter di Rumah Sakit Soroka, Beersheba mengatakan perkembangan aktivitas otak yang signifikan ditunjukkan selama tes. Hal itu mengindikasikan adanya perkembangan yang sesuai dengan stimulasi otak.
Meskipun respon tersebut tidak menunjukkan keingintahuan Sharon, namun dokter mengatakan ada peluang.
"Ia mungkin mendengar, informasi penting masuk ke otak dan diproses," ujar direktur neurologi di Soroka Medical Centre Israel, seperti dikutip BBC, Senin (27/1).
Sharon berkarier di militer sebelum masuk politik. Ia terpilih sebagai PM Israel pada 2001 hingga terkena stroke pada 2006. Pada 2005, dia menarik pasukan Israel dari Gaza.
Sharon mendorong perluasan pemukiman di wilayah Palestina yang diduduki. Ia juga yang mengusulkan pembangunan tembok pemisah di Tepi Barat. Namun di akhir kariernya, dia memerintahkan warga Yahudi meninggalkan Gaza serta empat pemukiman di Tepi Barat.
Selama menjadi menteri pertahanan, Sharon memerintahkan invasi Israel ke Lebanon pada 1982. Selama invasi itu, oposisi Kristen Lebanon beraliansi. Invasi tersebut menewaskan ratusan warga Palestina di dua kamp pengungsi yang dikendalikan Israel.