REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa menyatakan prihatin dengan banyaknya warga Palestina di Tepi Barat yang tewas akibat ditembaki tentara Zionis Israel.
Dalam pernyataan terpisah, Koordinator Kemanusiaan PBB, James Rawley dan duta Uni Eropa di Yerusalem dan Ramallah menyatakan pasukan keamanan harus secara umum menghentikan penggunaan peluru tajam.
Dalam dua pekan pada Januari, empat warga Palestina tewas dalam kejadian terpisah di Tepi Barat, termasuk seorang wanita dan dua anak di bawah umur.
Rawley menyatakan sangat khawatir korban tewas akan terus bertamabah akibat penggunaan peluru tajam oleh pasukan Israel di wilayah dudukan Tepi Barat.
"Delapan warga Palestina, termasuk tiga anak-anak dan seorang wanita, tewas sejak tengah November dalam kejadian terpisah di Tepi Barat," kata pernyataannya.
Duta Uni Eropa Bersatu menyatakan sangat prihatin dengan jumlah warga Palestina tewas baru-baru dalam kejadian terpisah, yang melibatkan pasukan Israel memakai kekuatan mematikan.
Kedua pernyataan itu mencatat bahwa tentara Israel dilaporkan menyelidiki kejadian tersebut, tapi mendesak pasukan keamanan di Tepi Barat menghindari penggunaan peluru tajam, kecuali benar-benar perlu.
"Kami menegaskan keperluan pasukan keamanan, baik Israel maupun Palestina, menahan diri dari penggunaan kekuatan mematikan, kecuali dalam hal ada ancaman nyata terhadap kehidupan," demikian pernyataan Uni Eropa.
"Koordinator Kemanusiaan mendesak penahanan diri secara penuh untuk menghindari korban lebih jauh di kalangan," ujar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Menggunakan peluru tajam terhadap warga merupakan penggunaan kekuatan secara berlebihan dan setiap kejadian tersebut harus diselidiki dengan dalam, tepat waktu, menyeluruh, mandiri dan tak memihak," kata Rawley.
Kementerian luar negeri dan tentara Israel tidak menanggapi laporan tersebut.
Pekan lalu, Lubna Hanash, 21 tahun, meninggal setelah wajahnya dihantam tembakan pasukan Israel di luar perguruan tinggi di dekat kota Hebron, Tepi Barat selatan, kata petugas kesehatan Palestina.
Yang juga tewas pada Januari meliputi Saleh Amarin, 15 tahun, yang juga ditembak wajahnya, dalam bentrokan di kampung pengungsi Aida di utara Betlehem dan Samir Ahmed Awad, 17 tahun, yang ditembak di dekat tembok pemisah Israel pada 15 Januari.
Pada tiga hari sebelumnya, seorang berusia 21 tahun ditembak mati ketika mencoba menyelinap ke Israel dari Tepi Barat selatan.