REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penahanan dan penetapan mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) disikapi dengan ragam reaksi oleh kader partai tersebut.
Ketua Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Mahfudz Siddiq menilai penangkapan Luthfi diwarnai nuansa politik yang kental. "Nuansa politik kasus LHI sangat terlihat," kata Mahfudz saat dihubungi wartawan, Jumat (1/2).
Dugaan itu bermula dengan penetapan Luthfi sebagai tersangka dan penahanannya yang begitu cepat. Disertai tuduhan pasal menerima suap meski Luthfi tidak pernah menerima uang dengan nominal yang disebutkan KPK sebesar Rp 1 miliar. Pada saat penyidik KPK menangkap Ahmad Fathanah yang dikatakan sebagai asisten pribadi Luthfi, menurut Mahfudz, Luthfi sedang memimpin rapat DPP PKS.
"Uang Rp 1 miliar pun ternyata ada di mobil AF Rp 980 juta, Rp 10 juta di kantong AF, dan Rp 10 juta di teman perempuan AF," ujar Wasekjen DPP PKS itu.
Mahfudz mengakui sejak beberapa bulan lalu, PKS telah menerima informasi bahwa beberapa pimpinan dan pejabat publiknya menjadi target operasi. "Ini kami pahami sebagai bagian dari pertarungan politik tidak sehat," lanjut Mahfudz.
Pertarungan politik itu memanas sebagai reaksi balik terhadap sikap-sikap politik kritis PKS dalam beberapa isu. Namun PKS, kata Mahfudz, tidak mengkalkulasi bahwa sasaran utama target operasi adalah Luthfi Hasan Ishaq. Meski begitu, PKS akan menyerahkan sepenuhnya kasus dugaan suap itu kepada KPK. PKS mengharapkan proses pengadilan berjalan seimbang dan adil.
Lebih lanjut partai berlambang bulan sabit kembar dan kapas itu menegaskan tidak akan terganggu serius atas kasus ini. Mekanisme organisasi PKS yang solid dan matang sudah siapkan langkah-langkah dalam kepemimpinan di DPP PKS.